29 October 2006

Seusai mimpi selaluTerjaga

Hingga akhir hayatnya

Rabi'ah Al Adawiyyah menyesali,
bahwasanya ia pernah melalaikan shalat malam.
Maka semenjak mimpinya itu Rabi'ahpun selalu terjaga
dan beribadah di tengah malam.

Suatu kali dalam masa-masa keudzurannya,
Rabi'ah Al Adawiyyah, seorang sufi kenamaan tak lagi kuat
berlama-lama melaksanakan shalat tahajjud. Adakalanya
iapun melewatkan shalat malam karena keudzurannya.
Demi mengganti pahala shalat malamnya, ia menamatkan
satu juz Qur'an sebelum tidur. Karena, menurut hemat Rabi'ah,
pahala membaca satu juz Al Qur'an sama dengan melakukan
shalat sepanjang malam.

Lama Rabi'ah melaksanakan kebiasaan itu. Sampai suatu malam,
Rabi'ah bermimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya itu, ia seolah-
olah berada diantara taman yang luas, teramat luas, dengan
pepohonan hijau yang asri tumbuh disekelilingnya.
Diatas tanah yang subur itu, Rabi'ah menyaksikan,
sebuah Istana megah berdiri diantara hamparan hijau dan
bunga-bunga aneka warna.

Ketika ia sedang asyik menikmati pemandangan sekitar, tiba-tiba
Rabi'ah melihat seorang anak kecil tengah mengejar burung hijau
yang terbang diatas kepala, sambil berteriak-teriak alangkah
gembiranya. Rabi'ah lalu menegur anak itu, "Untuk apa engkau
tangkap burung itu ? Demi Allah, aku belum pernah melihat
burung secantik itu. Biarkan ia terbang kemana ia suka."

"Ya. Benar juga kata-kata ibu,"jawab gadis cilik itu.

Gadis cilik itu lalu datang menghampiri Rabi'ah dan menggamit
tangannya. Penuh keceriaan, Rabi'ah dan gadis cilik itu berjalan
mengitari halaman, sehingga mereka sampai di pintu istana yang
alangkah megah, kukuh dan cantiknya. Sambil mengetuk pintu,
anak itu berkata: "Tolong bukakan pintu untuk kami !"

Pintu istana itu lalu terkuak lebar. Dari dalam pintu itu
terpancar cahaya yang amat terang, sehingga menerangi
sekeliling kami.

"Masuklah, Bu. Mari ikut sini." Anak itu menggamit lengan
Rabi'ah, dan Rabi'ahpun mengikuti gadis cilik itu.

Benar dugaan Rabi'ah, dalam istana itu disaksikannya
benda-benda serba indah, dengan bangunan dan tempat-
tempat cengkerama yang begitu tertata, mewah dan asri.

Bersama anak itu, Rabi'ah kembali mengelilingi ruangan
istana dan tak habis-habis dari mengaguminya. Sedang asyiknya
Rabi'ah mengamati keadaan sekeliling, dengan tiba-tiba pintu
yang menjurus kearah taman terbuka. Lagi-lagi gadis kecil itu
mengajaknya, untuk kembali berhandai-handai di keluasan
taman istana.

Dalam kursi-kursi berukir emas yang tersedia didalam taman,
tampak para pelayan yang wajahnya cantik mempesona, tak ada
bandingannya diantara wanita yang tinggal di muka bumi.
Mereka cantik seperti mutiara berseri-seri, seperti hendak
bepergian, sedang di tangan mereka tergenggam berbotol-botol
wewangian.

Gadis kecil itu bertanya kepada mereka,
"Bibi-bibi ini hendak pergi ke mana?"

Salah seorang dari pelayan istana itu menjawab : "Kami hendak
pergi menemui seseorang yang terbunuh dalam pertempuran laut.
Orang itu telah mati dalam keadaan syahid.

Anak itu lalu bertanya lagi : "Tidakkah kalian ingin memberi
wewangian kepada perempuan ini?",seraya menunjuk ke arah Rabi'ah.

"Ia sudah mendapat wewangian, tetapi ia sendiri yang tidak mau
memakainya.”ujar pelayan istana bermata jeli yang sudah
bersiap-siap untuk pergi.

Sejurus kemudian gadis kecil itu melepaskan genggaman tangannya
dari Rabi'ah. Dan seketika itu, Rabi'ahpun terjaga dari tidur malamnya.

Sambil menopang tubuh rentanya, kulit tipisnya yang sudah
tak kuat menahan dingin malam itu, Rabi'ah pergi mengambil
air wudlu. Berkali-kali Rabi'ah melafadzkan istighfar dan
kemudian menunaikan shalat malam dalam suasana hati
penuh sesal dan haru. Hingga akhir hayatnya
Rabi'ah Al Adawiyyah menyesali, bahwasanya ia pernah
melalaikan shalat malam. Maka semenjak mimpinya itu
Rabi'ahpun selalu terjaga dan beribadah di tengah malam.
(Kiriman Rasyan Ridha)

No comments: