09 December 2006

Melalui Pintu-Nya

Rasulullah mengatakan,

Syariat adalah ucapanku,

thariqat adalah perbuatanku, dan

haqiqat adalah keadaanku.


Seseorang yang belum mampu sampai kepada haqiqat dapat
dikatakan sebagai orang-orang yang masih dalam keadaan lalai
(QS 16 : 108). Yaitu orang-orang yang masih tertutup hati,
pendengaran dan pandangan mereka. Meskipun segala sesuatu
atau segala informasi telah sampai kepada mereka; didengar,
dilihat dan dirasakan atau dibenarkan oleh hati mereka,
tetapi belum cukup untuk menghantarkan mereka untuk
memahami haqiqatnya, dengan demikian keadaan merekapun
belum sampai sebagaimana yang dikatakan Rasulullah,

haqiqat adalah keadaanku. Seseorang yang menenggelamkan
dirinya dalam upaya ketaatan dan berzikir kepada Allah atas
keimanannya kepada Allah, tidak akan sampai pada derajat ridho
dan diridhoi Allah selama dihatinya masih menyimpan
kesombongan sekecil apapun. Iblis adalah contoh paling jelas
dalam hal ini.

Para Nabi, Imam, dan Wali, adalah mereka yang telah
mencapai keadaan haqiqat. Mereka telah mengenal Allah
lewat penyaksian hati (kasyf ). Dan mereka tahu betul jalan
untuk dapat sampai kepada Allah, dan juga mengerti betul
penghalang serta tipu daya setan yang dapat menggagalkan
perjalanan untuk sampai kepada Allah. Itulah mengapa
mereka mengemban tugas sebagai pemberi petunjuk atau
pembimbing manusia kepada jalan keselamatan.

Dan manusia dalam keadaannya yang lalai, meraba dalam
kegelapan, dan rentan terhadap tipu daya setan, pasti
memerlukan pembimbing untuk menghantarkan mereka
menuju haqiqat. Tanpa seorang pembimbing, manusia
terperdaya oleh setan yang mengepungnya dari segala penjuru.

Karena memang pekerjaan setan adalah menyesatkan umat
manusia. Dan sudah menjadi kehendak Allah bahwa
manusia harus berupaya mencari jalan (wasilah) agar dapat
dekat kepada Allah.

Nabi mengatakan, Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah
pintunya. Nabi Muhammad saw. adalah manusia sempurna
yang telah mencapai keadaan haqiqat. Beliau mengibaratkan
dirinya sebagai kota ilmu dan bagi umat manusia yang ingin
menuju dan masuk ke dalam kota ilmu tersebut dan ini
berarti ingin sampai kepada keadaan haqiqat dan membebaskan
diri dari kelalaiannya- tidak bisa tidak, harus masuk melalui
pintu masuk kota tersebut, dan dialah Ali bin Abi Thalib.

Sepeninggal Nabi, yang mewariskan Kitab yang dibawanya,
ucapan dan sunahnya, yang menghantarkan kaum muslimin
kepada keselamatan dan ridho Allah, umat manusia harus
mencari jalan selapis demi selapis, rangkaian pintu demi pintu
yang terhubung ke pintu masuk kota ilmu tersebut. Pintu masuk
tersebut adalah perwujudan nyata perintah Ilahi dalam sosok
seseorang yang telah sampai kepada keadaan haqiqat pula,
karena dialah sang pemberi petunjuk atau pembimbing
sebagaimana yang diisyaratkan di dalam al-Quran. Dan
inilah hakikat dari kalam Ilahi, Hai orang-orang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan (wasilah ) yang
mendekatkan diri kepadaNya


Salam Bahagia:)
Nur Khabib

06 December 2006

Pintu Mahabbatulloh


Mahabbatullah sebanding dengan seberapa jauh kita
mengenal Allah. Imam Ghazali berpendapat bahwa
terdapat 2 jenis orang yang jatuh cinta kepada Allah
karena sudah mengenal-Nya. Kecintaan mereka kepada
Allah sangat kokoh, tidak tergoyahkan dan tidak dapat
dibandingkan. Orang-orang yang termasuk golongan
Al-Aqwiyah ini, adalah para Nabi dan Rasul utusan
Allah. Yang kedua, adalah Al- Dhua’fa. Orang-orang
lemah yang baru jatuh cinta kepada Allah setelah
berusaha untuk belajar mencintai-Nya.
 
Jika mahabbatullah sebuah rumah, ada pintu untuk
memasukinya, yaitu Rasulullah saw. Karena beliau
adalah orang yang paling mencinta Allah mengenal dan
mengetahui tentang Allah. “A’rafankum billah ana” di
antara kalian akulah orang yang paling tahu tentang
Allah,” begitu kata Rasulullah saw.
 
Mahabbatulah tidak mungkin diraih jika kita tidak
mengetahui, dan tidak mengenal Allah. Untuk
mengenal-Nya Allah memberikan petunjuk-Nya:
“Katakanlah! Hai Muhammad, jika kalian mencintai Allah
maka ikutlah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian
dan mengampuni dosa-dosa kalian.” ( QS.33:21)
 
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah saw. suri
teladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi orang yang
mengharapkan rahmat Allah.” ( QS.33:21 )
 
Mencintai Rasulullah saw. melampaui pengertian biasa.
Mencintai beliau pada hakikatnya mencintai risalah
yang dibawanya. Meneladani amal-amal yang sangat
dicintainya. Melaksanakan shalat malam dan menyayangi
fakir miskin adalah contoh amal yang sangat dicintai
Rasulullah, banyak hadits yang menerangkan bahwa
kedua amal saleh itu merupakan jalan tercepat bagi
seorang hamba untuk menemui Tuhannya. Barangsiapa
menghendaki perjumpaan dengan Tuhannya hendaklah ia
beramal salih dan jangan menyekutukan-Nya dengan
sesuatu pun dalam beribadah kepada-Nya. (QS.18:11)

Salam Bahagia:)

Nur Khabib

29 November 2006

Mahabbatulloh

Tangga Menuju Cinta Alloh

1
Membaca Al-Qur’an dengan merenungkan dan memahami
kandungan maknanya sesuai dengan maksudnya, sebagaimana
renungan seorang hamba yang hafal dan mampu menjelaskan
Al-Qur’an, agar dipahami maksudnya sesuai dengan kehendak
Allah swt.

2
Taqorrub kepada Alloh swt. melalui ibadah-ibadah sunnah
setelah melakukan ibadah-ibadah fardhu itu, sesungguhnya
akan sampai pada derajat dicintai setelah memperoleh derajat
mencintai.

3
Melanggengkan Dzikir kepada Allah dalam segala tingkah laku,
melalui lisan, kalbu, amal dan prilaku. Maka pahala cintanya
menurut kadar derajatnya dalam dzikir tersebut.

4
Mahabbah kepada Alloh harus diprioritaskan dibandingkan
mahabbah terhadap diri Anda, ketika Anda diliputi hawa nafsu,
dan berupaya menuju mahabbah-Nya, walaupun jalan terjal
menghadang.

5
Penglihatan Qolbu itu terarah pada asma-asma dan sifat-
sifatNya, musyahadah dan ma’rifat kepada asma dan sifat-Nya,
serta berkelana di taman ma’rifat itu sendiri. barangsiapa
ma’rifat kepada asma-asma, sifat-sifat dan af’al-af’al-Nya,
tidak mustahil Alloh akan mencintainya.

6
Musyahadah terhadap kebajikan dan ihsan-Nya, keluhuran
dan nikmat-nikmat-Nya, baik nikmat batin maupun lahir, Maka,
sesungguhnya musyahadah itu mendorong untuk mencintai-Nya.

7
Adalah sangat menakjubkan : leburnya Qolbu sepenuhnya
senantiasa berada di sisi Alloh swt. Ungkapan tersebut tidak
sebagaimana arti tekstualnya, melainkan hanyalah penjelasan
tentang nama-nama dan isyarat-isyarat semata.

8
Khalwat bersama Alloh ketika Nuzul Ilahi, sebagai upaya munajat
kepada-Nya dan membaca kalam-Nya, disamping wukuf dengan
Qolbu dan beradab denagan adab ubudiyah, di hadapan
kekuasaan-Nya. kemudian semua itu diakhiri dengan istighfar
dan tobat.

9
Mengiikuti Majelis Muhibbin yang shiddiqin dan memetik
kebajikan buah kalam mereka, hal itu seperti memetik buah
yang sangat bagus. Dan anda janagan banyak bicara kecuali
jika Anda ingin memperjelas kebaikan kalam, serta Anda tahu
bahwa di dalamnya ada tambahan bekal bagi pelaku Anda
dan bermanfaat bagi orang lain.

10.
(Mahabbah kepada Alloh) harus menjauhi segala sebab
yang menghalangi Qolbu dan Alloh swt.


Salam Bahagia:)

08 November 2006

Dialog Makrifatulloh

Dipandu oleh Ustadz M. Muhammad Rusli Malik

Sebelum membahas Ma’rifatullah, akan dibahas dulu
hubungan antara ma’rifatullah dan ma’rifatunnas. Dalam
pelajaran kita mengenai ma’rifatunnas, telah diketahui
bahwa inti dari manusia itu adalah akalnya. Yang jadi agen
pengganggu adalah hawa nafsunya, namun kita juga
memerlukan hawa, sehingga hawa ini tidak bisa dihilangkan.
Dan akal adalah satu-satunya instrumen yang bisa membawa
kita kepada Allah, mendekati Allah.

Yang dimaksud dengan mendekati Allah disini bukanlah dalam
pengertian fisik. Lalu bagaimana kita bisa menjadi dekat atau
menjadi jauh dari Allah? Ternyata dekat jauhnya kita dari Allah
tergantung kepada akal kita.

4. Cahaya Allah
3. CiptaanNya, yang memancar dari diriNya
2. Musyahadah, Akal tidak bisa lagi digunakan
1. Mujahadah, Akal digunakan

Allah adalah awal dan asal dari segala sesuatu di alam ini.
Allah menciptakan alam dan seisinya, serta menetapkan
hukum-hukum yang berlaku pada ciptaannya tersebut.
Dan sebagai Pencipta, tentu saja hukum-hukum tersebut
tidak berlaku bagi Allah. Misalnya, Allah menciptakan bumi,
dan menetapkan hukum gravitasi bagi bumi. Maka tentu
saja hukum gravitasi tersebut tidak berlaku bagiNya.

Empat perjalanan manusia
Ada empat perjalanan manusia, disebut Al-Asfar Al arbaah.
Al-asfar berasal dari kata safar, musafir, berjalan.
Al–arba’a berarti empat.

1. perjalanan dari manusia Ke Tuhan (Mujahadah)
2. perjalanan dari Tuhan dalamTuhan (Musyahadah)
3. perjalanan dari Tuhan ke manusia
4. perjalanan dari manusia ke manusia

Mujahadah
Mujahadah adalah perjalanan pertama manusia.
Mujahadah berasal dari kata jahada, jahidu, jihad,
artinya berjuang, memaksakan diri. Mujahadah adalah
perjalanan yang penuh perjuangan untuk mengenal Allah,
menyadari kehadiran Allah. Dalam usaha kita untuk
‘naik keatas’(tidak secara fisik lho ya), ada hawa yang akan
selalu menarik kita ‘kebawah’, sehingga Alqur’an menyatakan
“kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-
rendahnya” (QS. 95 : 5). Bila berhasil, kita akan sampai
ke ‘atas’, sampai pada musyahadah.

Musyahadah
Kalau kita sampai ‘keatas’, itu dinamakan Musyahadah,
berasal dari kata syahadah, syahid, menyaksikan. Inilah
perjalanan dimana seseorang sudah menyatu dengan Allah,
perjalanan dari Tuhan dalam Tuhan. Seperti Al-Hallajj,
sehingga ia berkata, “Annal Haq” (akulah kebenaran).
Namun walaupun seseorang itu telah menyatu dengan Allah,
dia harus menggunakan bahasa manusia ketika berkomunikasi
dengan manusia. Seperti bila kita sudah memahami ilmu
matematika yang mendalam, kita harus menggunakan
bahasa yang sederhana ketika mengajarkan berhitung
kepada anak kecil. Seperti juga Nabi, dia berbicara dengan
bahasa kaumnya, dia tidak berbicara berdasarkan
keindahan rasa yang dia alami bersama Tuhan.

Sari :
Apakah yang dimaksud disini, Allah berarti tidak terjun
langsung dalam proses mendekati manusia? Sehingga Ia
misalnya, kemudian mengirim jibril, mengutus
Nabi Muhammad?

Ust. Rusli :
Sebelumnya harus difahami dulu bahwa yang kita maksud
disini bukanlah dekat dalam pengertian ruang dan waktu.
Jangan membayangkan Allah itu duduk di suatu tempat
tertinggi dan kemudian kita bergerak mendekatiNya.
Bukan begitu. Tetapi mendekat disini bermakna dekat
dalam pikiran. Tuhan itu ada dimana-mana, tetapi bila
kita tidak menyadari kehadiranNya, Dia akan terasa jauh.
Sama seperti bila dua orang duduk berdekatan, namun
tidak saling mengenal, tidak saling menyapa,
maka akan terasa jauh.

Perjalanan dari Tuhan ke manusia
Setelah manusia mencapai tahap musyahadah, ia harus
mampu ‘turun’ lagi, jangan terjebak, berhenti di musyahadah,
hingga mengalami suatu egoisme spiritual, merasakan
kenikmatan bersama Tuhan untuk dirinya sendiri. Padahal
kenikmatan tertinggi sebenarnya adalah ketika apa yang
dicapainya di perjalanan musyahadah-nya itu, bisa dibawa ‘turun’,
dibagi dengan manusia lain. Sama seperti seseorang yang
merasakan nikmatnya suatu makanan, kenikmatannya
akan terasa lebih tinggi lagi, bila ia bisa membagi makanannya
tersebut dengan orang lain. Orang seperti Al-Hallaj, tidak
membagi apa yang diperolehnya di musayahadah-nya
dengan bahasa manusia, sehingga kemudian sulit untuk
diterima manusia lain, terkesan tidak masuk akal. Seperti
juga kisah Syeh Siti Jenar, yang mengatakan, “akulah Allah”,
sehingga ia dihukum.

Perjalanan dari manusia ke manusia
Inilah perjalanan keempat, perjalanan manusia untuk
menegakkan keadilan, yang merupakan tugas kekhalifahan,
tugas Para nabi, para alim ulama dan tugas seluruh manusia,
sebagaimana pada ayat Alqur’an yang sering disitir oleh
para khotib sholat Jumat, QS. An-Nahl (16) ayat 90 :
“Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat
kebaikan dan menolong keluarga yang dekat dam melarang
dari mengerjakan yang keji dan yang munkar dan kedhaliman.
Ia menasehati kamu, supaya kamu ingat.”

Doni :
Perjalanan yang empat ini, bisa terpisah-pisah
atau harus berurutan?

Ust. Rusli :
Ada yang langsung masuk ke perjalanan ke empat, misalnya
teman-teman kita di LSM yang memperjuangkan keadilan.
Namun resikonya, apa yang dilakukan menjadi tidak ada nilai
ilahiahnya dan bisa jadi bernilai pamrih. Ikhlas, tanpa pamrih,
hanya akan dapat dicapai bila kita telah melalui perjalanan
sebelumnya. Mengapa? Karena orang-orang yang telah
mengalami nikmatnya bermusyahadah dengan tuhan akan
tabah dalam menghadapi setiap tantangan dan kesulitan
yang ada ketika berhubungan dengan manusia. Kesulitan itu
tak berarti bila dibandingkan dengan kenikmatan yang
didapatkan bersama Tuhan. Ia akan melakukan semua
perintah Tuhan dengan kecintaan. Seperti para nabi yang
dihujat, diusir oleh kaumnya.

Rizal :
Apa kriteria bahwa seseorang itu sudah mengenal Tuhan?
Jangan sampai terjadi, seseorang merasa sudah mengenal
Tuhan, padahal ternyata ia salah. Perasaan yang bagaimana
yang muncul ketika seseorang benar-benar merasakan
kehadiran Tuhan? Bagaimana dengan seseorang yang
tidak punya pengetahuan banyak tentang Tuhan, tetapi ia
dapat merasakan Tuhan? Dan bagaimana menentukan
dimana batasan akal itu dapat atau tidak dapat lagi digunakan?

Ust. Rusli :
Akal kita gunakan untuk dapat mengetahui, kemudian
mengenal Tuhan. Tanpa pengetahuan tentang Tuhan,
kita bisa tertipu oleh perasaan-perasaan kita, pikiran-pikiran
kita. Dikatakan bahwa perjalanan menuju Tuhan itu memang
banyak perompak-perompak yang dapat membuat kita
salah jalan. Seperti Lia Aminuddin yang kemudian mengangkat
dirinya menjadi orang suci (nabi?). dan rasa mengenal Tuhan
itu memang tidak bisa digambarkan, tidak bisa diceritakan,
hanya akan dimengerti oleh mereka yang merasakannya.
Sebagaimana kita tidak dapat menerangkan dengan tepat
bagaimana rasanya teh botol ini. Kalau seseorang ingin tahu,
suruhlah ia meminum teh botol tersebut, daripada mencoba
untuk menceritakannya. Demikianlah pula dengan spiritualitas itu,
tidak bisa digambarkan. Kalaupun dicoba untuk menggambarkan,
akan menggunakan bahasa manusia, yang sarat dengan
perumpamaan.

Intan :
Kalau begitu, bisa jadi apa yang dilakukan oleh Lia Aminuddin itu
bukan karena dia ingin mencari harta atau pengikut atau hal-hal
keduniawian lainnya, melainkan karena memang dia
merasa benar, dia meyakini apa yang dia pikirkan dan rasakan,
dan kemudian menyampaikan kepada orang lain, padahal
dia tertipu oleh perasaannya sendiri.

Ust. Rusli :
Bisa jadi begitu. Makanya kita harus menggunakan akal kita
untuk mengenal Allah. Coba lihat QS 62:2 yang menyebutkan
tugas rasulullah, yaitu mengajarkan kepada kaumnya
ayat-ayatNya (bukan AlQur’an maksudnya, tapi tanda-tanda
kebesaran Allah), lalu membersihkan diri mereka,
baru kemudian mengajarkan kitab suci (AlQur’an), dan terakhir,
mengajarkan hikmah. Puncak dari perjalanan manusia
adalah memperoleh hikmah.

Rizal :
Kalau seseorang sudah melaksanakan perintah agama,
misalnya seperti melaksanakan sholat, berpuasa, membayar
zakat, Haji dll, sebagai salah satu cara untuk mngenal Tuhan,
apakah ia masih perlu mengenal Tuhan secara khusus?

Ust. Rusli :
Dalam AlQur’an tidak disebutkan bahwa pelaksanaan ibadah
yg tadi disebutkan adalah sarana untuk mengenal dirinya.
Tuhan mengenalkan diriNya melalui nama-namaNya.
Allah mengimplementasikan kehendakNya melalui alam
dan kitab (Alqur’an). Karena alam dan alkitab sama-sama
bersumber dari diriNya, maka keduanya tidak mungkin
bertentangan, terjadi cek dan ricek antara keduanya.
Maka ini merupakan salah satu cara untuk menguji
kebenaran kitab suci, atau juga untuk menguji kebenaran
teori ilmu pengetahuan. Nah, sekarang, kita mengenal Allah,
melalui tafakur (berpikir) dan tazakkur (berzikir).
Tafakur tentang alam, zikir melalui kitab, melalui asma Allah.
Jadi pada hakekatnya, sebenarnya setelah kita
mengenal Tuhan, barulah kita sholat
. Sholat adalah
kendaraan bagi kita untuk mi’raj kepada Allah. Ingatlah,
pada periode Mekkah (13 tahun) tidak ada perintah-perintah
mengenai fiqh, yang ada adalah mengenai iman, pengenalan
kepada Tuhan. Kita sekarang terbalik. Kita kenal pada fiqh dulu,
baru kemudian berusaha mengenal Allah.

Intan :
Well, jadi selama ini saya tidak mengenal Tuhan
yang saya sembah

Ust. Rusli :
Benar, kata orang arif, selama anda belum mengenal Tuhan
dengan benar, jangan-jangan yang Anda sembah adalah
Tuhan yang anda ciptakan dengan pikiran Anda sendiri
.
Seperti bila kita membayangkan Tuhan ada didepan kita
ketika sholat. Apa benar Tuhan ada didepan kita? Padahal
Dia tak terikat dengan ruang. Dia ada dimana-mana. Kita
diliputi oleh Allah, Allah ada didalam diri kita, kita tak dapat
melepaskan diri dariNya.

Doni :
Mungkin bisa kita umpamakan seperti ikan dalam air.
Dalam tubuh ikan ada air, dan ikan ada di dalam air, dan
ikan tak bisa lepas dari air.

Ust. Rusli :
Perumpamaan yang bagus sekali.

Sari :
Ust. Kadang saya sholat di dalam mobil, ketika jalan macet,
apa itu tidak apa-apa? karena saya khawatir kehabisan
waktu sholat, dan daripada tidak berbuat apa-apa di dalam
mobil. Ternyata setelah saya sholat, jalanan menjadi lancar.

Ust. Rusli :
Tidak apa-apa. Itu adalah ritual yang harus kita lakukan.
Walaupun bagi mereka yang sudah mencapai musyahadah,
itu adalah gerakan-gerakan ritual yang harus mereka
lakukan ‘hanya’ karena mereka harus berbicara dengan
manusia. Padahal pada hakekatnya, perasaan mereka kepada
Tuhan sama, baik didalam ritual sholat ataupun tidak.
Mereka ‘sholat’ setiap saat. Tetapi kita harus berhati-hati
juga dalam hal menghubung-hubungkan suatu ritual yang
dilakukan dengan yang kemudian terjadi. Misalnya :
jalanan menjadi lancar karena saya tadi sholat.

Jayanti :
Kalau misalnya saya punya keinginan, kemudian saya berdoa,
dan kemudian keinginan saya itu tercapai, dan saya berpikir,
“ternyata Tuhan itu dekat, Dia mendengarkan saya”,
apakah itu juga termasuk menghubung-hubungkan
seperti yang Ustadz maksud?

Ust. Rusli :
Mengapa hanya menyadari kehadiran Tuhan ketika doa
kita terkabul? Mengapa kita menunggu hal yang demikian
untuk dapat membuat kesimpulan bahwa Tuhan itu dekat?
Apakah itu berarti Tuhan itu jauh, sebelumnya? Nah, maksud
saya, sebenarnya Tuhan itu pada dasarnya dekat, baik doa
kita dikabulkan ataupun tidak. Bukankah Dia telah
menyediakan semunya untuk kita? Oksigen yang kita hirup
setiap saat, misalnya. Apakah para nabi yang dihujat, dilempar
batu, diusir oleh kaumnya itu kemudian bisa kita artikan bahwa
Tuhan jauh dari mereka? Tuhan tidak menolong mereka?
Tidak mengabulkan doa mereka? Kesimpulannya, Tuhan itu
dekat atau tidak, bukan karena doa kita dikabulkan atau tidak.

Jayanti :
Bagaimana dengan orang-orang yang kita anggap sangat dekat
dengan Tuhan karena ibadahnya? Bolehkah kita minta
didoakan olehnya?

Ust. Rusli :
Boleh saja minta didoakan kepada orang saleh. Tetapi hati-hati juga,
jangan sampai kemudian terjadi komersialisasi kemampuan berdoa.

Jayanti :
Atau misalnya, bagaimana dengan kita yang suka menitipkan
doa pada orang yang pergi haji, karena disana banyak tempat
yang mustajab untuk berdoa?

Ust. Rusli :
Kalau semua doa kita ketika naik haji itu dikabulkan,
seharusnya umat islam menjadi umat yang paling berhasil
di seluruh dunia. Nyatanya tidak. Pernah dengar cerita tentang
seorang pemuda yang ingin punya anak? Dia lalu minta nasehat
pada seorang kyai. Kyai menyarankan dia untuk sholat malam
dan berdoa, dia laksanakan selama bertahun-tahun hal demikian,
tapi belum punya anak juga. Lalu sang kyai menyarankan dia
untuk naik haji, karena disana banyak tempat yang mustajab
untuk berdoa, dia laksanakan, dan belum juga punya anak.
Pak kyai menyarankan dia untuk naik haji lagi, karena doa
memang harus diulang. Maka dia naik haji tiga kali berturut-turut
dalam tiga tahun, tapi belum juga punya anak. Akhirnya kyai
bertanya apakah pemuda itu sudah menikah atau belum, dan
ia menjawab belum. Nah, bagaimana mau punya anak kalau
belum menikah? Ini hanyalah contoh bahwa doa itu tak berarti
bila tidak disertai dengan ikhtiar, terutama doa yang berkaitan
dengan hal-hal materiil.

Intan :
Bagaimana fungsi doa sebenarnya? Bukankah ada juga orang
yang berhasil mencapai keinginannya dengan usaha saja,
walao tanpa berdoa?

Ust. Rusli:
Ini akan kita bahas dalam kajian kita selanjutnya.
Akan ada sesi khusus dalam ma’rifatullah tentang doa.
Tetapi baiklah, mari kita bahas sebentar. Doa itu sangat penting.
Bagaimana peran atau fungsinya, itu tergantung kepada apa yang
kita inginkan. Bila yang kita inginkan adalah kedekatan dengan
Tuhan, bermusyahadah, maka doa menjadi tulang punggung,
dan usaha menjadi kulitnya saja. Tetapi bila yang kita inginkan
adalah hal-hal materiil, seperti kesuksesan dalam belajar, karir,
maka usaha menjadi tulang punggung terkabulnya keinginan itu,
dan doa menjadi kulitnya.

Rizal :
Doa bisa memberikan efek psikologis yang positif.

Ust. Rusli :
Benar, doa bisa memberi motivasi. Seperti yang saya tulis
di buku ‘Puasa’ saya, ada beberapa fungsi doa. Yang pertama,
doa itu berfungsi sebagai mision statement. Misalnya kita berdoa,
“ya Allah, izinkanlah saya memiliki mobil”, maka jelas, keinginan
kita adalah memiliki mobil. Yang kedua, doa memberi motivasi.
Segala sesuatu yang disampaikan kepada pihak lain, itu akan
menambah motivasi. Yang ketiga, doa akan menjaga
konsistensi misi, doa yang disampaikan terus menerus akan
membuat keinginan menjadi ketetapan. Yang keempat,
doa menjadi backup. Maksudnya, bila kita berhasil, kita tidak
menjadi sombong (semua ini karena Allah), dan kita tidak
menjadi depresi bila gagal (ada yang lebih baik menurut
Allah buat saya). Dan saya yakin, doa tidak akan merubah
sesuatu secara ‘simsalabim’. Berapa banyak orang yang
berdoa untuk keselamatan kaum muslimin di palestina
dan lain-lain, tapi tidak terjadi apa-apa. Bukankah Allah
sudah mengatakan, bahwa Allah tidak akan mengubah
nasib suatu kaum bila kaum tersebut tidak mengubah
dirinya sendiri.

Doni :
Pernah dengar perumpamaan dari Aa Gym, usaha
itu ibarat menanam benih, dan doa ibarat memberi pupuk.
Tanaman dapat tumbuh tanpa pupuk, tapi tentu tidak maksimal.

Ust. Rusli :
Benar, bisa diumpamakan demikian.

Intan :
Bagaimana dengan sikap menyalahkan Tuhan bila apa yang
kita inginkan, yang kita usahakan tidak tercapai?


Ust. Rusli :
Itu tergantung pada cara pandang seseorang terhadap Tuhan.
Segala sesuatu kebaikan yang kita dapatkan di dunia ini berasal
dari Tuhan, karena yang kita gunakan untuk mencapainya
adalah milik Tuhan, misalnya, otak yang kita pakai ini. Tapi kalau
ada kejelekan, itu karena kita sendiri, karena kita yang kurang
tepat dalam memanfaatkan potensi yang sudah diberikan.

Semoga bermanfaat Amiin.

Kisah Pencarian


Hamzah Fansuri


Sidang `asyiq mencari Lawan
ke Bait al-Qudus pergi berjalan
kerjanya da'im membuangkan kawan
itulah si dia anak bangsawan

Ia sampai terlalu `asyiq
da'im, ia minum pada cawan Kholiq
mabuk dan gila ke Hadhirat Raziq
itulah thalib dakwahnya shodiq

Minuman itu terlalu masak habis
dapat diminum pada fardh yang khamis
jika hendak kau minum sekalian habis
wujud wahmi jangan kau labis

Hamzah Fansuri di dalam Makkah
mencari Tuhan di Bait al-Kakbah
dari Barus ke Qudus terlalu payah
akhirnya dapat di dalam rumah .


Segala puji bagi Allah... perjalanan yang ditempuh
Syekh Hamzah Fansuri untuk mencari Tuhan berakhir
dengan happy ending.

Mengembara bersusah payah mencari Tuhan kemana-
mana dari Barus sampai ke Mekkah akhirnya malah
ditemukan di dalam rumah, Di dalam dirinya sendiri terdapat
'Rumah Tuhan'. Baitulloh berada di qalbu orang yang mukmin
begitu dalam hadits.

Dalam Hadits Qudsi Allah berkata, " Tidak akan cukup
untuk-Ku bumi dan langit-Ku, tetapi yang cukup bagi-Ku
hanyalah hati hamba-Ku yang mukmin."
Jadi ternyata...untuk mencari Alloh, yaitu mencari SUMBER
Kebenaran dan kebahagiaan hidup yg hakiki tidak perlu
mencari jauh-jauh keluar diri.
Semuanya sudah tersedia di dalam diri kita masing-masing...
tinggal kitanya saja yg harus berusaha untuk menyelaminya.....
Temukan ilmu-Nya

Jadi teringat di dalam sebuah kisah pengembaraan
Socrates ke Oracle Delphi, "siapa manusia yang paling bijak".
Jawabannya "Gnothi seuthon" artinya kenalilah dirimu. Yah,
Tuhan sesuai dengan persangkaan hamba-Nya, dan nilai
seorang hamba juga dipengaruhi bagaimana dia mempersepsi
dirinya., makanya mari kita belajar mengenal dan
MENCINTAI diri sendiri :)

Mendekati Alloh

Bagaimana kita dapat mendekati Allah?
Kitalah yang harus ‘naik’ (mikroj) agar dapat mendekati Allah.
Ibarat seseorang berada dalam ruangan dengan cahaya lampu.
Bagaimana agar dia dapat memperoleh cahaya yang dengan
intensitas yang lebih banyak? Tentu dialah yang harus bergerak
mendekati lampu tersebut, mendekati Sumber Cahaya tersebut.
walaupun tentu analogi ini tidak tepat sama, namun begitu
jugalah dengan Allah SWT. Satu-satunya cara untuk dapat
mendapatkan cahaya Allah adalah dengan mendekatiNya.
Bagaimana mendekatiNya? Gunakanlah akal.

Dengan akallah kita dapat memahami hukum-hukum alam.
Dengan mengenal hukum alam, mengenal ciptaanNya,
makhlukNya, kita dapat mengenal Allah. Tetapi begitu kita
sampai pada cahaya Allah, menyatu denganNya, maka akal
tidak terpakai lagi. Kenapa? Karena Allah tidak tunduk
pada hukum akal. Masih ingat dengan prinsip-prinsip akal
yang pernah dibahas sebelum ini? Akal itu bekerja dengan
prinsip non kontradiktif, prinsip kausaliatas dan prinsip
matematis. Prinsip-prinsip itu (harus) kita pakai untuk
dapat mencapai Allah, namun setelah kita mencapaiNya,
prinsip itu tak berlaku lagi.


Allah tidak tunduk pada hukum non kontradiktif;
Hukum kausalitas tak berlaku lagi, karena Allah tak
tersebabkan lagi, Dia bukan akibat dari sebab-sebab yang lain,
Dia adalah sebab utama (Causa Prima); Dia tak dapat dibagi,
tidak dapat dihitung, tidak dapat diperbandingkan, tak ada
yang sebanding dengan Dia, hukum matematis tak berlaku lagi.
Akal tak terpakai lagi. Maka akal ternyata bukanlah
segala-galanya. Akal kita gunakan hanya untuk me-makrifat
Allah, untuk mengenal Allah. Ibarat tangga, kita menggunakan
tangga untuk naik ke suatu tempat yang tinggi.

Tapi bila kita telah sampai pada tempat yang tinggi tersebut,
kita tidak perlu lagi menggunakan tangga tersebut.
Kita akan gunakan lagi tangga tersebut untuk turun
ke tempat semula. Begitu juga dengan kita manusia.
Walaupun seseorang telah mencapai Allah, dia tetap harus
menggunakan akalnya dalam berhubungan dengan manusia
dan makhluk lainnya, dia harus berbahasa dengan bahasa
yg difahami oleh manusia, bahkan dalam hal menerangkan
hakikat Ketuhanan.

Aku Dekat Engkau Lebih Dekat...

Salam Bahagia:)
Nur Khabib

07 November 2006

Kembali Kepada Alloh

Saudaraku...

Jika engkau belum mempunyai ilmu,
itu hanyalah prasangka,
maka milikilah prasangka-
yang baik tentang Tuhan.

Begitulah caranya!

Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepada-Nya!

Jika engkau belum mampu berdoa
dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu
yang kering,
munafik dan tanpa keyakinan;
karena Tuhan, dengan rahmat-Nya
akan tetap menerima
mata uang palsumu!

Jika engkau masih mempunyai
seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah menjadi
sembilan puluh sembilan saja.

Begitulah caranya!

Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali
engkau ingkar janji,
ayolah datang, dan datanglah lagi!

Karena Tuhan telah berfirman:
“Ketika engkau melambung ke angkasa
ataupun terpuruk ke dalam jurang,
ingatlah kepada-Ku,
karena Aku-lah jalan itu.”

(Jalaluddin Rumi)

30 October 2006

Seribu Masjid Satu Jumlahnya

Oleh :Emha Ainun Najib

Satu
Masjid itu dua macamnya
Satu ruh, lainnya badan
Satu di atas tanah berdiri
Lainnya bersemayam di hati
Tak boleh hilang salah satunya
Kalau ruh ditindas, masjid hanya batu
Kalau badan tak didirikan, masjid hanya hantu
Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu

Dua
Masjid selalu dua macamnya
Satu terbuat dari bata dan logam
Lainnya tak terperi
Karena sejati

Tiga
Masjid batu bata
Berdiri di mana-mana
Masjid sejati tak menentu tempat tinggalnya
Timbul tenggelam antara ada dan tiada
Mungkin di hati kita
Di dalam jiwa, di pusat sukma
Membisikkan nama Allah ta'ala
Kita diajari mengenali-Nya
Di dalam masjid batu bata
Kita melangkah, kemudian bersujud
Perlahan-lahan memasuki masjid sunyi jiwa
Beriktikaf, di jagat tanpa bentuk tanpa warna

Empat
Sangat mahal biaya masjid badan
Padahal temboknya berlumut karena hujan
Adapun masjid ruh kita beli dengan ketakjuban
Tak bisa lapuk karena asma-Nya kita zikirkan
Masjid badan gampang binasa
Matahari mengelupas warnanya
Ketika datang badai, beterbangan gentingnya
Oleh gempa ambruk dindingnya
Masjid ruh mengabadi
Pisau tak sanggup menikamnya
Senapan tak bisa membidiknya
Politik tak mampu memenjarakannya

Lima

Masjid ruh kita bawa ke mana-mana
Ke sekolah, kantor, pasar dan tamasya
Kita bawa naik sepeda, berjejal di bis kota
Tanpa seorang pun sanggup mencopetnya
Sebab tangan pencuri amatlah pendeknya
Sedang masjid ruh di dada adalah cakrawala
Cengkeraman tangan para penguasa betapa kerdilnya
Sebab masjid ruh adalah semesta raya
Jika kita berumah di masjid ruh
Tak kuasa para musuh melihat kita
Jika kita terjun memasuki genggaman-Nya
Mereka menembak hanya bayangan kita

Enam
Masjid itu dua macamnya
Masjid badan berdiri kaku
Tak bisa digenggam
Tak mungkin kita bawa masuk kuburan
Adapun justru masjid ruh yang mengangkat kita
Melampaui ujung waktu nun di sana
Terbang melintasi seribu alam seribu semesta
Hinggap di keharibaan cinta-Nya

Tujuh
Masjid itu dua macamnya
Orang yang hanya punya masjid pertama
Segera mati sebelum membusuk dagingnya
Karena kiblatnya hanya batu berhala
Tetapi mereka yang sombong dengan masjid kedua
Berkeliaran sebagai ruh gentayangan
Tidak memiliki tanah pijakan
Sehingga kakinya gagal berjalan
Maka hanya bagi orang yang waspada
Dua masjid menjadi satu jumlahnya
Syariat dan hakikat
Menyatu dalam tarikat ke makrifat

Delapan
Bahkan seribu masjid, sejuta masjid
Niscaya hanya satu belaka jumlahnya
Sebab tujuh samudera gerakan sejarah
Bergetar dalam satu ukhuwah islamiyah
Sesekali kita pertengkarkan soal bid'ah
Atau jumlah rakaat sebuah shalat sunnah
Itu sekedar pertengkaran suami istri
Untuk memperoleh kemesraan kembali
Para pemimpin saling bercuriga
Kelompok satu mengafirkan lainnya
Itu namanya belajar mendewasakan khilafah
Sambil menggali penemuan model imamah

Sembilan
Seribu masjid dibangun
Seribu lainnya didirikan
Pesan Allah dijunjung di ubun-ubun
Tagihan masa depan kita cicilkan
Seribu orang mendirikan satu masjid badan
Ketika peradaban menyerah kepada kebuntuan
Hadir engkau semua menyodorkan kawruh
Seribu masjid tumbuh dalam sejarah
Bergetar menyatu sejumlah Allah
Digenggamnya dunia tidak dengan kekuasaan
Melainkan dengan hikmah kepemimpinan
Allah itu mustahil kalah
Sebab kehidupan senantiasa lapar nubuwwah
Kepada berjuta Abu Jahal yang menghadang langkah
Muadzin kita selalu mengumandangkan Hayya 'Alal Falah!

Semoga bermanfaat.

29 October 2006

Seusai mimpi selaluTerjaga

Hingga akhir hayatnya

Rabi'ah Al Adawiyyah menyesali,
bahwasanya ia pernah melalaikan shalat malam.
Maka semenjak mimpinya itu Rabi'ahpun selalu terjaga
dan beribadah di tengah malam.

Suatu kali dalam masa-masa keudzurannya,
Rabi'ah Al Adawiyyah, seorang sufi kenamaan tak lagi kuat
berlama-lama melaksanakan shalat tahajjud. Adakalanya
iapun melewatkan shalat malam karena keudzurannya.
Demi mengganti pahala shalat malamnya, ia menamatkan
satu juz Qur'an sebelum tidur. Karena, menurut hemat Rabi'ah,
pahala membaca satu juz Al Qur'an sama dengan melakukan
shalat sepanjang malam.

Lama Rabi'ah melaksanakan kebiasaan itu. Sampai suatu malam,
Rabi'ah bermimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya itu, ia seolah-
olah berada diantara taman yang luas, teramat luas, dengan
pepohonan hijau yang asri tumbuh disekelilingnya.
Diatas tanah yang subur itu, Rabi'ah menyaksikan,
sebuah Istana megah berdiri diantara hamparan hijau dan
bunga-bunga aneka warna.

Ketika ia sedang asyik menikmati pemandangan sekitar, tiba-tiba
Rabi'ah melihat seorang anak kecil tengah mengejar burung hijau
yang terbang diatas kepala, sambil berteriak-teriak alangkah
gembiranya. Rabi'ah lalu menegur anak itu, "Untuk apa engkau
tangkap burung itu ? Demi Allah, aku belum pernah melihat
burung secantik itu. Biarkan ia terbang kemana ia suka."

"Ya. Benar juga kata-kata ibu,"jawab gadis cilik itu.

Gadis cilik itu lalu datang menghampiri Rabi'ah dan menggamit
tangannya. Penuh keceriaan, Rabi'ah dan gadis cilik itu berjalan
mengitari halaman, sehingga mereka sampai di pintu istana yang
alangkah megah, kukuh dan cantiknya. Sambil mengetuk pintu,
anak itu berkata: "Tolong bukakan pintu untuk kami !"

Pintu istana itu lalu terkuak lebar. Dari dalam pintu itu
terpancar cahaya yang amat terang, sehingga menerangi
sekeliling kami.

"Masuklah, Bu. Mari ikut sini." Anak itu menggamit lengan
Rabi'ah, dan Rabi'ahpun mengikuti gadis cilik itu.

Benar dugaan Rabi'ah, dalam istana itu disaksikannya
benda-benda serba indah, dengan bangunan dan tempat-
tempat cengkerama yang begitu tertata, mewah dan asri.

Bersama anak itu, Rabi'ah kembali mengelilingi ruangan
istana dan tak habis-habis dari mengaguminya. Sedang asyiknya
Rabi'ah mengamati keadaan sekeliling, dengan tiba-tiba pintu
yang menjurus kearah taman terbuka. Lagi-lagi gadis kecil itu
mengajaknya, untuk kembali berhandai-handai di keluasan
taman istana.

Dalam kursi-kursi berukir emas yang tersedia didalam taman,
tampak para pelayan yang wajahnya cantik mempesona, tak ada
bandingannya diantara wanita yang tinggal di muka bumi.
Mereka cantik seperti mutiara berseri-seri, seperti hendak
bepergian, sedang di tangan mereka tergenggam berbotol-botol
wewangian.

Gadis kecil itu bertanya kepada mereka,
"Bibi-bibi ini hendak pergi ke mana?"

Salah seorang dari pelayan istana itu menjawab : "Kami hendak
pergi menemui seseorang yang terbunuh dalam pertempuran laut.
Orang itu telah mati dalam keadaan syahid.

Anak itu lalu bertanya lagi : "Tidakkah kalian ingin memberi
wewangian kepada perempuan ini?",seraya menunjuk ke arah Rabi'ah.

"Ia sudah mendapat wewangian, tetapi ia sendiri yang tidak mau
memakainya.”ujar pelayan istana bermata jeli yang sudah
bersiap-siap untuk pergi.

Sejurus kemudian gadis kecil itu melepaskan genggaman tangannya
dari Rabi'ah. Dan seketika itu, Rabi'ahpun terjaga dari tidur malamnya.

Sambil menopang tubuh rentanya, kulit tipisnya yang sudah
tak kuat menahan dingin malam itu, Rabi'ah pergi mengambil
air wudlu. Berkali-kali Rabi'ah melafadzkan istighfar dan
kemudian menunaikan shalat malam dalam suasana hati
penuh sesal dan haru. Hingga akhir hayatnya
Rabi'ah Al Adawiyyah menyesali, bahwasanya ia pernah
melalaikan shalat malam. Maka semenjak mimpinya itu
Rabi'ahpun selalu terjaga dan beribadah di tengah malam.
(Kiriman Rasyan Ridha)

Terapi Tujuh Gelas Air



Prof. S Periasamy DIM & D ACC - Bohiraj Vedante Maharish Charity,

Kantha Health And ResearchCentre Karur 639006, TN
India

Tuhan telah memberi kita air yang banyak dan gratis. Tanpa
mengeluarkan uang untuk obat-obatan, tablet, suntikan, diagnosa,
upah dokter, dll. Hanya minum air minum, penyakit di bawah ini bisa
disembuhkan. Anda tak akan percaya sebelum melakukannya.
Di bawah ini daftar penyakit yang dapat disembuhkan oleh terapi ini :

· Sakit Kepala * Asma # Hosthortobics

· Darah Tinggi * Bronchitis # Kencing Manis

· Kurang Darah * TBC Paru-paru # Penyakit Mata

· Rematik * Radang Otak # Pendarahan di Mata &

· Lumpuh * Batu Ginjal #Mata Merah

· Kegemukan * Penyakit Saluran Kencing# Haid tidak teratur

· Radang / Sakit persendian * Kelebihan Asam Urat # L e u k e m i a

· Radang Selaput Lendir * M e n c r e t # Kanker Peranakan

· Gangguan Jantung * D i s e n t r i # Kanker Payudara

· Mabuk, Pusing, Gamang * A m b e I e n # Radang Tenggorokan

· Batuk * S e m b e l i t

Bagaimana Air Minum itu bekerja?

Meminum air minum biasa dengan metode yang benar, memurnikan
tubuh manusia. Hal itu membuat usus besar bekerja dengan lebih efektif
dengan cara membentuk darah baru, dalam istilah medis dikenal sebagai
aematopaises. Bahwa mucousal fold pada usus besar dan usus kecil diaktifkan
oleh metode ini, merupakan fakta yang tak terbantah, seperti teori yang
menyatakan bahwa darah segar baru diproduksi oleh mucousal fold ini.

Bila usus bersih, maka gizi makanan yang dimakan beberapa kali dalam
sehari akan diserap dan dengan kerja mucousal fold, gizi makanan itu diubah
menjadi darah baru. Darah merupakan hal penting dalam menyembuhkan
penyakit dan memelihara kesehatan, dan karena itu air hendaknya dikonsumsi
dengan teratur.

Bagaimana melakukan terapi ini ?

· Pagi hari ketika anda baru bangun tidur ( bahkan tanpa gosok gigi
terlebih dahulu) minumlah 1.5 liter air, yaitu 7 (tujuh) gelas. Lebih
baik airnya ditakar dahulu sebanyak 1.5 liter. Ketahuilah bahwa nenek
moyang kami menamakan terapi ini sebagai "usha paana chikitsa".
Setelah itu anda boleh mencuci muka.

· Hal sangat penting untuk diketahui bahwa jangan minum atau makan
apapun satu jam sebelum dan sesudah minum 1.5 liter air ini.

· Juga telah diteliti dengan seksama bahwa tidak boleh minum minuman
beralkohol pada malam sebelumnya.

· Bila perlu, gunakanlah air rebus atau air yang sudah disaring.

Apakah Mungkin Minum 1.5 Liter Air Sekaligus?

Untuk permulaan, mungkin akan terasa sulit meminum 1.5 liter air sekaligus,
tapi lambat laun akan terbiasa juga. Mula-mula, ketika latihan, anda boleh
minum 4 (empat)gelas dulu dan sisanya yang 3 (tiga) gelas diminum dua menit
kemudian. Awalnya anda akan buang air kecil 2 sampai 3 kali dalam satu jam,
tetapi setelah beberapa lama, akan normal kembali. Menurut penelitian dan
pengalaman, penyakit-penyakit berikut diketahui dapat disembuhkan dengan
terapi ini dalam waktu seperti tertulis di bawah ini:

@ Sembelit - 1 Hari @ TBC Paru-Paru - 3 Bulan @ Kencing Manis - 7 Hari

@ Asam Urat - 2 Hari @ Tekanan Darah - 4 Minggu @ Kanker - 4 Minggu

Catatan :

Disarankan agar penderita radang/sakit persendian dan rematik
melaksanakan terapi ini tiga kali sehari, yaitu pagi, siang, dan malam
satu jam sebelum makan - selama satu minggu, setelah itu dua kali sehari
sampai penyakitnya sembuh.

Ini merupakan persembahan pada kemanusiaan. Dengan rahmat Tuhan,
setiap orang hendaknya menjalani hidup sehat.

Lokas Samasthaas Sukhino Bhavanthu

(Semoga Manusia Seluruh Dunia Berbahagia).

Salam Bahagia:)
Nur Khabib

Hakekat Kebahagiaan

Manusia pada dasarnya dilengkapi oleh Alloh dua hal pokok, yaitu
jasmani dan rohani. Dua hal ini memiliki keperluan masing-masing.
Jasmani membutuhkan makan, minum, pelampiasan syahwat, keindahan,
pakaian, perhiasan-perhiasan dan kemasyhuran. Rohani, pada sisi lain,
membutuhkan kedamaian, ketenteraman, kasih-sayang dan cinta.
Para sufi menegaskan bahwa hakekat sesungguhnya manusia adalah
rohaninya. Ia adalah muara segala kebajikan. Kebahagiaan badani
sangat tergantung pada kebahagiaan rohani. Sedang, kebahagiaan
rohani tidak terikat pada wujud luar jasmani manusia.

Sebagai inti hidup, rohani harus ditempatkan pada posisi yang
lebih tinggi. Semakin tinggi rohani diletakkan, kedudukan manusia
akan semakin agung. Jika rohani berada pada tempat rendah, hina
pulalah hidup manusia. Fitrah rohani adalah kemuliaan, jasmani pada
kerendahan. Badan yang tidak memiliki rohani tinggi, akan selalu
menuntut pemenuhan kebutuhan-kebutuhan rendah hewani.
Rohani hendaknya dibebaskan dari ikatan keinginan hewani, yaitu
kecintaan pada pemenuhan syahwat dan keduniaan. Hati manusia yang
terpenuhi dengan cinta pada dunia, akan melahirkan kegelisahan dan
kebimbangan yang tak berujung. Hati adalah cerminan ruh. Kebutuhan
ruh akan cinta bukan untuk dipenuhi dengan kesibukan pada dunia.
Ia harus bersih. Dalam rangkaian metode pembersihan hati, para sufi
menetapkan dengan tiga tahap :

Takholli,Tahalli, dan Tajalli.


Takholli, sebagai tahap pertama dalam mengurus hati, adalah
membersihkan hati dari keterikatan pada dunia. Hati, sebagai langkah
pertama, harus dikosongkan. Ia disyaratkan terbebas dari kecintaan
terhadap dunia, anak, istri, harta dan segala keinginan duniawi.
Dunia dan isinya, oleh para sufi, dipandang rendah. Ia bukan hakekat
tujuan manusia. Manakala kita meninggalkan dunia ini, harta akan sirna
dan lenyap. Hati yang sibuk pada dunia, saat ditinggalkannya, akan
dihinggapi kesedihan, kekecewaan, kepedihan dan penderitaan.
Untuk melepaskan diri dari segala bentuk kesedihan, lanjut para saleh sufi,
seorang manusia harus terlebih dulu melepaskan hatinya dari
kecintaan pada dunia.

Tahalli, sebagai tahap kedua berikutnya, adalah upaya pengisian hati yang
telah dikosongkan dengan isi yang lain, yaitu Alloh SWT. Pada tahap ini,
hati harus selalu disibukkan dengan dzikir dan mengingat Alloh. Dengan
mengingat Alloh, melepas selain-Nya, akan mendatangkan kedamaian.
Tak ada yang ditakutkan selain lepasnya Alloh dari dalam hatinya.
Hilangnya dunia, bagi hati yang telah tahalli, tak akan mengecewakan.
Waktunya sibuk hanya untuk Alloh, bersenandung dalam dzikir.
Pada saat tahalli, lantaran kesibukan dengan mengingat dan berdzikir
kepada Alloh dalam hatinya, anggota tubuh lainnya tergerak dengan
sendirinya ikut bersenandung dzikir. Lidahnya basah dengan lafadz
kebesaran Alloh yang tak henti-hentinya didengungkan setiap saat.
Tangannya berdzikir untuk kebesaran Tuhannya dalam berbuat.

Begitu pula, mata, kaki, dan anggota tubuh yang lain. Pada tahap ini, hati
akan merasai ketenangan. Kegelisahannya bukan lagi pada dunia yang menipu.
Kesedihannya bukan pada anak dan istri yang tak akan menyertai kita saat
maut menjemput. Kepedihannya bukan pada syahwat badani yang seringkali
memperosokkan pada kebinatangan. Tapi hanya kepada Alloh. Hatinya sedih
jika tidak mengingat Alloh dalam setiap detik.

Setelah tahap 'pengosongan' dan 'pengisian', sebagai tahap ketiga adalah
Tajalli. Yaitu, tahapan dimana kebahagian sejati telah datang. Ia lenyap
dalam wilayah Jalla Jalaluh, Alloh subhanahu wata'ala. Ia lebur bersama
Alloh dalam kenikmatan yang tidak bisa dilukiskan. Ia bahagia dalam
keridho'an-Nya. Pada tahap ini, para sufi menyebutnya sebagai ma'rifah,
orang yang sempurna sebagai manusia luhur. Syekh Abdul Qadir Jaelani
menyebutnya sebagai insan kamil, manusia sempurna. Ia bukan lagi hewan,
tapi seorang malaikat yang berbadan manusia. Rohaninya telah mencapai
ketinggian kebahagiaan. Tradisi sufi menyebut orang yang telah masuk
pada tahap ketiga ini sebagai waliyulloh, kekasih Alloh.

Orang-orang yang telah memasuki tahapan Tajalli ini, ia telah mencapai
derajat tertinggi kerohanian manusia. Derajat ini pernah dilalui oleh
Hasan Basri, Imam Junaidi al-Baghdadi, Sirri Singkiti, Imam Ghazali, Rabiah
al-Adawiyyah, Ma'ruf al-Karkhi, Imam Qusyairi, Ibrahim Ad-ham, Abu Nasr
Sarraj, Abu Bakar Kalabadhi, Abu Talib Makki, Sayyid Ali Hujweri, Syekh
Abdul Qadir Jaelani, dan lain sebagainya. Tahap inilah hakekat hidup dapat
ditemui, yaitu kebahagiaan sejati.

Salam Bahagia:)
Nur Khabib

Ikhlas Bin Mukhlis

PEMUDAitu kurus, tinggi, dan agak pucat, dan kelihatan lemah
tapi baik hati dan sopan santun pada siapa pun, yang selama ini
menjadi imam masjid kami dan menjadi guru ngaji anak-anak di
kompleks perumahan kami itu, tiba-tiba lenyap bagai ditelan Bumi.
Tak seorang pun tahu ke mana ia pergi, tak sepatah kata pun pesan
ditinggalkan pada Rt, Rw, atau pengurus masjid yang selama ini
memberinya tumpangan tempat tinggal.

Memang ia bukan penumpang gratis. Sebaliknya, ia memberi kami
lebih banyak dari yang ia peroleh. Kecuali menjadi imam masjid dan
guru ngaji anak-anak, ia juga guru kami. Pemuda inilah yang mengajari
kami tahlilan, membaca doa, menyanyikan pujian, salawat, dan yasinan
dan ritus-ritus lain. Ia kami kagumi karena kesalehannya.

Kompleks perumahan kami dihuni kaum terpelajar, orang kota, modern,
maju, pegawai kantoran, punya status terhormat, dan makmur tapi tak satu
pun bisa membaca kitab suci Al Quran. Tak seorang pun, ibaratnya, bisa
membedakan huruf "alif" sebesar tugu Monas, dan "ba" selebar danau
Singkarak. Kalau ada yasinan, semua mencoba memegang kitab, dan
pura-pura membacanya, dan kalau orang sebelahnya membalik halaman
berikutnya, mereka pun mengikuti, sambil komat-kamit, seolah-olah bisa
membaca. Ada yang memakai pici, dan bahkan surban, seolah-olah ia kiai
beneran.

Hilangnya anak ini membuat kami mati kutu, dan tak bisa lagi berbuat
serba seolah-olah seperti tadi. Kami lalu sibuk mencari. Mustahil kalau
ia hilang beneran dan tak bisa ditemukan. Sebanyak itu penghuni,
mustahil tak bisa menemukannya. Dan memang mustahil, karena
tiba-tiba-ini yang membuat banyak pihak "shock", kaget, heran, tak habis
pikir-si pucat kurus yang baik hati dan saleh, dan diam-diam kami kagumi
itu ditemukan mabuk-mabukan dan ditangkap polisi bersama segerombolan
pemuda anggota "Pangunci": Paguyuban Ngunjuk Ciu, alias rombongan
peminum serius.

"Edan, ternyata kita tertipu," kata seseorang.

Kekecewaan pun menggumpal di hati seluruh penduduk kompleks itu.
Orang-orang yang cepat memuja, cepat memuji, cepat kagum, cepat
terpesona, di mana-mana, akhirnya menemui kegetiran dan ironi hidup:
mereka cepat pula kecewa.

"Salah kalian sendiri," pikir saya.

Suatu hari, ia kembali ke masjid tapi tak seorang pun menegurnya. Ia
juga tak lagi dijadikan imam, atau guru ngaji. Ia di-singkang-singkang
oleh mantan para pemujanya. Dan ia tampaknya tak gusar menghadapi
perubahan sikap ini. Ia-seperti dulu-tetap tenang. Bahkan ia masih
tenang-tenang ketika dilarang tinggal di kamar khusus yang dulu
disediakan untuknya. Maka, ia pun tidur di serambi seperti maaf, kere
tidur di emper toko.

Saya dekati ia dengan cara khusus. Saya bawa ia pada suatu malam, ketika
tak seorang pun tahu, ke rumah saya. Kami lalu dialog perkara hidup.
Hakikat dan inti ibadah ia paparkan. Ia mengajari saya tindakan ikhlas,
lahir batin, tanpa pamrih. Orang ikhlas, dalam bahasa dia, disebut
mukhlis.

"Saya ingin jadi mukhlis tapi gagal. Di sini orang memuji-muji saya, dan
diam-diam saya senang. Lama-lama, saya ngaji, shalat, berdoa, berzikir,
buat memperteguh citra bahwa saya saleh. Saya shalat bukan menyembah
Allah, tapi menyembah kesalehan saya, menyembah citra diri saya, dan
kepentingan saya. Dan ini bukan tindakan ikhlas. Saya bukan seorang
mukhlis. Saya takut pada Allah. Saya tinggalkan rumah-Nya. Saya
mabuk-mabukan, dan baru kemudian, di tengah caci maki orang banyak,
saya temukan kedamaian. Baru tadi saya shalat buat Allah,
menyembah Allah, dan bukan menyembah citra diri..."

"Edan," pikir saya. Setua ini belum pernah saya punya kesadaran macam
itu. Dan bocah ini memilikinya. Saya malu. Malu sekali pada diri
sendiri. Ia memberi saya banyak pelajaran. Ia memang guru. Guru sejati.
Dia guru kehidupan.
[oleh2 Mohammad Sobary]


---------------------------------------------
Kekayaan itu bukanlah banyaknya harta benda
Kekayaan sebenarnya adalah ketenangan Jiwa
---------------------------------------------

Salam Bahagia:)
Nur Khabib

27 October 2006

Doa Cahaya

BismillahiRohmaanirRohiim

Allohummaj’al fii qolbi nuuron,
wa fii bashorii nuuron,
wa fii sam’ii nuuron,
wa ’an yamiinii nuuron,
wa ‘an yasaarii nuuron,
wa min fauqii nuuron,
wa min tahtii nuuron,
waj’al lii nuuron.

Wa fii ‘ashabii nuuron,
wa fii lahmii nuuron,
wa fii sya’rii nuuron,
wa fii basyorii nuuron,
wa fii lisaanii nuuron,
waj’al fii nafsii nuuron,
wa a’zhim lii nuuron.

Ya Alloh, jadikanlah cahaya dalam hatiku,
jadikanlah cahaya dalam pandanganku,
jadikanlah cahaya dalam pendengaranku,
jadikanlah cahaya di sebelah kananku,
jadikanlah cahaya di sebelah kiriku,
jadikanlah cahaya di atasku,
jadikanlah cahaya di bawahku,
jadikanlah cahaya di belakangku,
dan jadikanlah cahaya untukku.

Jadikanlah cahaya dalam syarafku,
jadikanlah cahaya pada dagingku,
jadikanlah cahaya di rambutku,
jadikanlah cahaya di kulitku,
jadikanlah cahaya di lisanku,
jadikanlah cahaya di jiwaku,
dan muliakanlah cahaya untukku,

Amiin. Yaa Robbal Alaamiin

Semoga setiap langkah menjadi pintu barokah,
Dan setiap tingkah menghasilkan kebaikan. Amiin.

Tanda-tanda Kematian

SESUNGGUHNYA 
MENGINGAT MATI
ITU ADALAH B I J A K
 "Tanda 100 hari menjelang meninggal"
Ini adalah tanda pertama dari Tuhan kepada hamba-Nya
dan hanya akan disadari oleh mereka yang dikehendaki-Nya
Walaubagaimanapun semua orang akan mendapat tanda ini,
hanya saja ada yang menyadari ada pula yang tidak.....
Tanda ini akan terjadi lazimnya selepas waktu Ashar,
dimana seluruh tubuh yaitu dari ujung rambut hingga
ke ujung kaki akan mengalami getaran atau seakan-akan
menggigil, contohnya seperti daging sapi yang baru saja
disembelih dimana jika diperhatikan dengan teliti, kita akan
mendapati daging tersebut seakan-akan bergetar......
Tanda ini memberi rasa nikmat dan bagi mereka yang sadar
dan jika hati kita tergelitik bahwa mungkin ini adalah tanda
ajal menjelang, maka getaran ini akan berhenti dan hilang setelah
kita sadar akan kehadiran tanda ini. Bagi mereka yang tidak diberi
kesadaran atau mereka yang hanyut dengan kenikmatan tanpa
memikirkan soal kematian, tanda ini akan lenyap begitu saja
tanpa ada manfaatnya ... Bagi yang sadar dengan kehadiran
tanda ini, maka ini adalah peluang terbaik untuk memanfaatkan
waktu yang tersisa untuk mempersiapkan diri dengan amal ibadah
dan urusan yang akan dibawa atau ditinggalkan sesudah mati.
 "Tanda 40 hari"
Tanda ini juga akan terjadi sesudah waktu Ashar, dimana
bahagian pusar kita akan berdenyut-denyut. Pada saat itu daun
yang bertuliskan nama kita akan gugur dari pohon yang letaknya
di atas Singgasana Tuhan. Maka Malaikat Maut akan mengambil
daun tersebut dan mulai melakukan persiapan atas diri kita,
diantaranya adalah mengikuti kita sepanjang waktu ... Dapat saja
terjadi Malaikat Maut ini memperlihatkan wujudnya yang asli
secara sekilas. Jika hal ini terjadi, mereka yang terpilih ini
akan merasakan seakan-akan Bingung seketika... Malaikat maut ini
hanya 1, tetapi kewenangan untuk mencabut nyawa adalah sama
dengan jumlah nyawa yang akan dicabutnya.........
 "Tanda 7 hari"
Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji
dengan musibah sakit, dimana orang sakit yang tidak nafsu makan,
secara tiba-tiba berselera untuk makan...
 "Tanda 3 hari"
Pada saat ini akan terasa denyutan di bagian tengah dahi kita yaitu
diantara dahi kanan dan kiri. Jika tanda ini dapat dirasakan maka
berpuasalah kita selepas terjadinya hal itu supaya perut kita tidak
mengandung banyak najis dan ini akan memudahkan urusan orang
yang akan memandikan jenazah kita nanti.... Saat itu juga bagian
hitam mata kita tidak akan bersinar lagi, dan bagi orang yang sakit,
hidungnya akan perlahan-lahan jatuh dan ini dapat diperiksa
jika kita melihatnya dari bagian sisi... Telinganya akan layu
dimana bagian ujungnya akan beransur-ansur masuk ke dalam...
Telapak kakinya yang terlunjur akan perlahan-lahan jatuh ke depan
dan sukar ditegakan...
 "Tanda 1 hari"
Akan terjadi sesudah Ashar dimana kita akan merasakan satu
denyutan di bagian belakang kepala, yaitu di sekitar ubun-ubun
dimana hal ini menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui
waktu Ashar keesokan harinya....
 "Tanda akhir"
Akan terjadi keadaan dimana kita akan merasakan sejuk di
bagian pusar dan rasa itu akan turun kepinggang dan seterusnya
akan naik ke bagian tenggorokan... Pada saat ini hendaklah kita
terus berdo'a dan berdiam diri dan menantikan kedatangan Malaikat
Maut untuk menjemput kita kembali kepada Tuhan yang telah
menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan kita pula...

Demikian semoga kita nanti meninggal dengan akhir yang baik
KHUSNUL KHOTIMAH Amiien.

Salam Bahagia:)
Nur Khabib

25 October 2006

Maafkanlah dirimu

Maafkanlah dirimu,
Maafkanlah dirimu.
Maafkanlah dirimu setiap saat.

Apapun yang Saudara lakukan, lakukanlah hanya untuk
memuji Tuhan dan biarkanlah, apapun hasilnya, karena kita
bukanlah hanya berupa badan saja. Kita bukanlah merupakan
perbuatan. Kita bukanlah pelaku dari segala sesuatu di dunia ini.
Walaupun kita melakukannya, misalnya kita sebagai pelakunya,
kita tetap harus memaafkan diri kita.

Maafkanlah diri kita ketika kita melakukan kesalahan atau
ketika kita tidak dapat menahan kebiasaan-kebiasaan kita,
seperti marah atau adakalanya serakah
dan adakalanya berpikir dengan keinginan memiliki yang kuat,
karena semua itu berasal dari keadaan. Hal tersebut bukanlah Diri,
bukanlah jiwa sejati yang menginginkan segala sesuatu.
Jadi kita harus selalu mencoba berulang-ulang,
dan memaafkan diri kita setelah semua itu,

Karena dalam lubuk diri kita terdapat Tuhan,
Kebijaksanaan Agung, Sang Keberadaan apapun Namanya
kita tidak dapat memarahinya, kita tidak dapat menyiksanya,
kita tidak dapat bertindak kasar kepadanya.

Mengertikah Saudara akan apa yang saya maksudkan?
Jadi jika kita marah terhadap diri kita,
kita harus marah hanya kepada kebiasaan-kebiasaan kita,
akumulasi kebiasaan-kebiasaan kita.
Atau kita harus menyalahkan situasinya juga,
bukanlah menyalahkan Kebijaksanaan Agung sang Diri sejati
karena sang Diri sejati tidak pernah bersalah,
tidak pernah melakukan kesalahan apapun.

Seandainya kita adalah sang pelaku dan kita berada
dalam masyarakat seperti ini, adakalanya kita menjadi marah.
Hal tersebut bukanlah selalu kesalahan kita.
Kebanyakan bukanlah kesalahan kita. Adakalanya segala kejadian
dapat membuat kita marah. Sebagai contoh, Saudara bekerja
di suatu perusahaan dan Saudara bekerja dengan karyawan
yang salah, ya? Apapun yang Saudara beritahukan kepadanya,
ia benar-benar tidak mengerti. Atau ia mengerti tetapi melakukan
hal yang sebaliknya. Ia hanya membuat Saudara marah dan marah.

Bahkan Saudara memaafkannya berkali-kali, ia tetap saja
melakukannya berulang kali. Suatu hal yang sangat kecil,
bahkan suatu hal yang kecil mengganggu pikiran kita dan
membuat kita merasa sengsara. Jadi baik adanya bahwa kita
mengetahui terdapat sesuatu lainnya yang berada di atas pikiran
dan di atas badan kita.

Badan kita hanya terkandung dari
unsur-unsur material, seperti tanah, air, besi.
Sungguh, besi di dalam tubuh kita lebih dari cukup untuk
membuat beberapa paku. (Hahahaha…) Tahukah kalian? Dan air,
bumi dan kemungkinan api, api yang vital sehingga badan kita
menjadi hangat dan juga lainnya.

Salam Bahagia:)
Nur Khabib

23 October 2006

Doa di Hari yang Fitri

Ya Allah
Jadikanlah kami diantara mereka
Yang tertanam dalam hatinya pohon kerinduan pada-Mu
Yang seluruh kalbunya dirasuki gelora cinta-Mu
Mereka berlindung pada sarang ma’rifat-Mu

Ya Allah
Jadikanlah kami diantara mereka
Yang tertanam dalam hatinya pohon kerinduan pada-Mu
Yang seluruh kalbunya dirasuki gelora cinta-Mu
Mereka berlindung pada sarang ma’rifat-Mu
Mereka merumput pada padang taqarrub
Mereka mereguk pancaran mata air mahabbah
Mereka menempuh jalan-jalan kesucian
Tirai telah tersingkap dari bashirah mereka
Kegelapan syak telah tersingkir dari aqidah mereka

Sudah hilang goncangan keraguan dari kalbu dan
nurani mereka. Karena kebenaran ma’rifat,
lega dada mereka Menjulang semangat mereka
untuk meraih kebahagiaan dalam kesederhanaan

Ya Allah,
Ridha-Mu adalah keinginanku
Melihat-Mu adalah hajatku
Ada pada-Mu obat penawar penyakitku
Penyejuk kehausanku dan penyingkap kesedihanku

Berdampingan dengan-Mu adalah permintaanku
Berdekatan dengan-Mu adalah puncak permohonanku
Jadilah Engkau penghibur dalam kesepianku

Penyelamat dari ketergelinciranku
Pengampun dosaku
Permintaan tobatku
Penyambut panggilanku
Wali penjagaku dan penutup keperluanku

Ya Allah
Jadikanlah cinta kepada-Mu
lebih aku sukai dari sesuatu
Selesaikanlah keperluan-keperluan duniaku
dengan kerinduan berjumpa dengan-Mu
Jika Engkau hibur mata mata pencinta dunia
karena dunia mereka,
Maka hiburlah aku
dengan beribadah kepada-Mu

Amiiiin Ya Robbal Alamiiin.

22 October 2006

Rahasia Bismillah

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Bismillah ada 7 Huruf Kenapa? Buka dirimu atas kebenaran
surat AL FATIHAH yang merupakan ummul KITAB.

Ada 19 huruf disini BA', sebagai permulaanya atau pintu
pembukanya, ada SIN, MIEM, ALIF, LAM, LAM, HA', ALIF,
LAM, RO', MIEM, HA', NUN, ALIF, LAM, RO', HA', YAK, MIEM.
19 terdiri dari Satu (AHAD) dan Sembilan (KAMIL) sempurna.
jadi dua angka itu sembilanbelas Angka Tuhan. kalau ditambahkan
Satu + Sembilan= Sepuluh, Satu+Nol=SATU menjadi AHAD.

Sekarang mari kita lihat tanda yang menyertai huruf juga (19)
3 titik+3 Sukun+3 Tasdjid+4 Fathah+6 Kasroh=19 seimbangkan
dengan huruf dan tandanya Subhanalaloh Maha Sempurna.

Kalau melihat strukturnya ada:
3 huruf ALIF
3 huruf MIEM
3 huruf Bertanda TITIK
3 huruf Bersukun
3 huruf Bertasdjid
3 kata Asmaul Adzom+ 2 Asmaul Khusna
( ALLoh Rohmaan Rohiim)
Kalau dikalikan 3x6=18 1+8=9 sempurna sekali.
Kenapa 3?......
karena 3 dan seterusnya dianggap banyak atau karena
3 sebagai hasil pasangan Bapak+Ibu=Anak.
terserah intrepretasi masing-masing orang berbeda
namun disini menekankan perlunya berjamaah/berkumpul
atau bersilaturrahmi untuk menjadi SATU jamaah manunggal
antara NUR ALLOH NUR MUHAMMAD NUR INSAN
jika menyatu itulah TAUHID ajaran setiap Nabi dan Rasul.
dari sebuah Hadis Nabi 71 golongan Yahudi SATU Selamat
72 golongn Nasrani SATU Selamat, 73 golongan Islam SATU
yang Selamat Siapakah yang Selamat yaitu Golongan
AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH yaitu Siapa saja diantara
manusia/ golongan yang mampu menyatukan ketiga Nur
diatas sehingga mengenal TAUHID dengan TEPAT dan BENAR.
Sudahkah Saudaraku menyadari tentang ini?.

Mari kita lihat 3 huruf yang bertitik
BA' sebagai pintunya BAITULLOH jika sudah masuk kedalamnya
akan menemukan NUN sebagai NUR CAHAYA ALLOH
Cahaya di atas Cahaya, cahaya yang tidak disentuh Api yang
Tidak di Timur dan di Barat sebagai Cahaya langit dan Bumi.
jika berhasil Saudara akan mendapatkan
YA' sebagai hasilnya YAKIN dengan melampui
ILMUL YAKIN keyakinan berdasar teori atau kajian wacana.
AINUL YAKIN keyakinan berdasarkan hasil penelitian.
HAQQUL YAKIN keyakinan akibat merasakan, musyahadah.
ISBATUL YAKIN keyakinan berdasarkan Ketetapan Qolbu
yang suci dan bening sehingga tinggkat musyahadahnya
semakin jelas dan amatlah terang penglihatanmu.

Demikianlah selamat berjuang mencapai ISBAT yang
benar dan Tepat dalam menyembah kepada Sang Khalik.
selamat berjuang melawan EGO berhala diri yang merupakan
hizab terbesar disamping ilmu yang saudara miliki.

Selamat Hari Raya Idhul Fitri 1427 h
Mohon Maaf Lahir dan Bathin
Semoga ALLOH melimpahkan karunia besar dan menghendaki
Saudara untuk Bertemu menghadapkan makhluknya yang
fakir dan istiqomah kehadapan ILAHI ROBBI amiin.

Salam Bahagia:)
Nur Khabib

17 October 2006

MENEMUI ALLOH

BISMILLAHIRROHMAANIRROHIIM

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Wahai Saudara-Saudaraku,

Alloh SWT. telah mengutus 25 Nabi dan Rasul yang wajib
diketahui (terdapat dalam Kitab Suci), dan menurut sebuah
Hadist ada 313 Rasul dengan 124.000 Nabi (HR.Ibnu Hibban).
[2+5=7 , 3+1+3=7 , 1+2+4+0+0+0=7] rahasianya ADA
didalam 7 ayat pembuka Al-Fatihah karena ia adalah induk
dari Kitab Al-Quran, dari tujuh ayat itu rahasianya ada di
Ayat pertama Bismillahirrohmanirrohim.
dalam ayat pertama intinya ada dalam 7 huruf BISMILLAH:
Ba'. Sin. Miem. Alif. Laam. Laam. Ha'. dari sini masih
kepanjangan maka di temukan rahasianya dari 7 huruf itu
dalam BA' dari BA' bisa berbunyi karena ada titik dibawahnya
BA' juga bermakna BAITULLOH rumah Alloh.
maka TITIKlah poin utamanya. yaitu TAUHID menyatu
atau menjadi SATU. atau Ajaran Yang Satu tentang
KEBENARAN. AL HAQ.

Diantara Rasul-Rasul itu mempunyai tugas utama yaitu
menyampaikan Satu Ajaran: Ilmu TAUHID (Ajaran Yang Satu).
Maka Al-Fatihah = Mau membuka diri atas KEBENARAN
Seperti yang terdapat dalam Al-Quran dibawah ini.

Katakanlah "Sesungguhnya aku hanya mengajarkan
kepada kamu
dengan satu ajaran saja (ajaran Tauhid)
yaitu bahwa kamu harus
berdiri MENGHADAP ALLOH
dengan IKHLAS , berdua-dua
atau sendiri-sendiri, kemudian
hendaklah kamu pikirkan,
tidaklah sahabat kamu itu g i l a,
dia tiada lain hanyalah pemberi
peringatan kepada kamu
sebelum datangnya azab yang sangat keras.
(QS. SABA 34:46).

MENGHADAP ALLOH SWT. harus dan sudah pasti menyaksikan
/Musyahadah merasakan dengan mata QOLBU dan bertemu
dengan Wajah-NYA. atau WUJUD Ada-NYA (Keberadaan-NYA)
Kemanapun engkau menghadap disanalah Wajah-NYA.

Hai Manusia! Sesungguhnya ENGKAU HARUS BERUSAHA
DENGAN
KERAS untuk BERTEMU DENGAN TUHAN DIKAU,
sampai engkau
M E N E M U I N Y A. (QS. AL-Insyqoq 84:6)

Berdasarkan ayat diatas, Alloh memerintahkan kepada setiap
manusia untuk mengadakan pertemuan dengan-Nya selagi masih
hidup di atas Dunia. Tetapi kebanyakan manusia berkeyakinan yang
salah bahwa pertemuan dengan Alloh SWT. hanya bisa terjadi
kalau sudah meninggal Dunia saja, bahkan mereka berkeyakinan
pula setiap yang meninggal dunia akan kembali menghadap Alloh,
Eiit tunggu dulu karena banyak yang nyasar tidak tahu kembalinya
kalau tidak tahu ilmu LIQO' Alloh bisa Gentayangan di pepohonan
dirumah-rumah tua atau hanya bisa di langit pertama, kedua, ketiga,
keempat, kelima, keenam atau hanya sampai langit ketujuh
padahal Alloh bersemayam di atas ARSY diatas Sidrotul Muntaha.
untuk bisa kesana harus punya ilmunya ilmu Mukasyafah. melalui
Guru Mursyidlah ilmu ini disampaikan turun temurun dari
ROSULULLOH utusan Alloh.

Jika demikian mengapa Alloh memerintahkan kepada manusia
untuk cepat-cepat kembali kepada-Nya. FAFIRRU ILALLOH
(berlarilah menuju Alloh) atau Kembalilah, bersegeralah kepada Alloh.
sebelum kita meninggalkan dunia ini. akan tetapi ketika ada yang
menyampaikan ayat-ayat yang memerintahkan manusia harus
mengadakan pertemuan atau perjumpaan dengan Alloh sewaktu
masih hidup, ummat Nabi dan Rasul itu sampai kini pecah menjadi
tiga golongan yaitu:

1. Golongan yang tidak percaya bahwa Alloh dapat ditemui dan
dijumpai sewaktu masih hidup didunia ini (kebanyakan manusia
atau kalangan awwam pada umumnya manusia).
"Sesungguhnya kebanyakan manusia ingkar akan pertemuan
dengan Tuhan-Nya." [QS. Ar-Ruum 30:8].

2. Golongan yang RAGU-RAGU terhadap pertemuan dengan
Tuhan-Nya selagi masih hidup di dunia ini. (golongan yang
bimbang dan bingung tak tahu jalan).
"Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dalam keragu-raguan
tentang menemui Tuhan-Nya. Ketahuilah sesungguhnya Dia
meliputi segala sesuatu" [QS. Fushshilat 41:54].

3. Golongan yang MENYAKINI mereka akan BERTEMU dengan
Tuhan-Nya saat masih hidup di dunia ini. Golongan Khusus
yang bakal selamat yang menyelamatkan dirinya karena
usahanya yang gigih mengharap perjumpaan dengan-Nya.
Mendekatkan diri dan mencintainya dengan tulus ikhlas.
"Yaitu orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan
MENEMUI TUHANNYA dan kelak akan kembali kepada-Nya.
[QS. Al-Baqoroh 2:46] inilah ajaran yang SATU.

Saudara-Saudaraku, terserah mau masuk golongan yang mana...?
Kami sarankan membekali diri dengan Doa dan ilmu supaya bisa masuk
dan tergolong dalam barisan ketiga yang jelas SELAMAT/ISLAM
kenapa islam yang kaffah yang sejati yang merasaka FANA sirna
yang ada Hanya ALLOH SEMATA, LAILAHAILLALLOH yang tidak
hanya di lisan saja dan bisa dipraktekkan MUTU QOBLAL MAUTU.
(Matilah sebelum mati) Mematikan diri sebelum mati yang sebenarnya.
Demikian semoga bermanfaat dan membawa hidayah dan karunia
bagi orang-orang yang mau bertafakkur dan mujahadah amiin.

Salam Bahagia:)
NurKhabib
25 Ramadhan 1427 H.

13 October 2006

Makrifatulloh

Makrifatulloh :
Jalan Keselamatan Diri Dunia Akhirat

Firman Allah dalam surah az-Zumar ayat 9 : “Adakah sama
orang jahil dengan orang yang berilmu?”

Menurut ahli tasawuf, berilmu yang dimaksudkan di sini ialah
Ilmu Makrifatulloh. Inilah ilmu yang paling utama dan
penyelamat bagi manusia. Mengenal Allah secara ilmu zahiri
adalah sebagai pengenalan awal kepada diriNya sedangkan
pengenalan melalui cahaya hati adalah pengenalan yang hakiki.

Hati yang bersih akan tersingkap baginya pelbagai
rahasia ketuhanan. Semakin ia bersih, semakin memancarlah
makrifat pada hatinya. Hati yang memancar ini adalah hati yang
melalui proses ilmu, ibadah dan mujahadah yang istiqamah.
Mereka yang tersingkap kepadanya rahasia ihsan
(sentiasa melihat Allah atau Allah melihatnya) imannya tidak
perlu kepada dalil atau bukti untuk membuktikan wujud Tuhan.
Ini kerana hatinya sentiasa melihat Allah di dalam pandangan
dan pendengarannya di mana saja ia berada.

Firman Allah : “Dimana kamu hadap di situlah wajah
Allah SWT.”
(Al-Baqarah : 115)

Hati yang bersih dari segala hijab keduniaan dan nafsu akan
melihat dan merasai ayat-ayat Allah dengan pandangan hakikat.
Inilah kasyaf yang hakiki di mana hatinya dapat menangkap
rahasia ayat-ayat Allah dengan penglihatan yang haq.

Firman Allah : “Sesungguhnya tidaklah menyentuh
Al-Quran itu melainkan mereka yang suci…”

Ayat ini ditafsir oleh ulama tasawuf dengan maksud bahawa
ayat-ayat Allah tidak akan berada dalam jiwa yang kotor.
Bacaan mereka hanyalah di lidah, bukannya di hati.
Ilmu mereka hanyalah di akal tapi tidak di hati.
Tanyalah diri sendiri, bagaimanakah perasaanmu bila
membaca ayat :

“Dan Dia (Allah) bersama kamu di mana
kamu berada.”
(al-Hadid : 4)

Kalau hati kamu keras dan tidak merasa apa-apa, ayat di atas
hanyalah sekadar suatu maklumat pada akalmu saja. Dan apabila
hal keTuhanan berada pada akal, ia akan hilang apabila kamu
berfikir pada perkara yang lain pula. Tetapi jika hatimu bersih,
ayat ini dapat dirasai dan dilihat dengan pandangan cahaya hati
sehingga merasai kebersamaan dengan Allah di mana saja berada.

Mereka yang mengingati Allah dalam penghayatan dan penglihatan
akan merasai kelazatan iman dan makrifat yang tidak terhingga.
Allah adalah kekasihnya dan ia meninggalkan apa jua yang boleh
melalaikan ia dengan Allah. Allah adalah yang dirindui dan ia menjadi
perindu, Allah menjadi pujaan dan ia sebagai pemuja.

Sesiapa yang mengenal Tuhan, ia akan mencintai Tuhan dan
leburlah segala keindahan yang lain. Sesiapa yang mengenal Tuhan,
tiadalah ia resah gelisah dengan apa jua yang menimpanya.
Memancar pada hatinya sifat kecintaan, keyakinan, ketakwaan,
kerinduan dan ia mendapat perlindungan dari Allah SWT.
Ini disebabkan hatinya sentiasa bercahaya dengan zikrullah
dan Allah memberi pengakuan dengan firmanNya :

“Dan ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat kepadanya…”
(al-Baqarah : 152)

Apabila Allah mengingatinya, nescaya hatinya dipenuhi dengan
cahaya kebenaran dan terhapuslah cahaya kebatilan yang datang
dari syaitan.

Firman Allah : “Apabila datangnya kebenaran akan
terhapuslah kebatilan...”
(al-Isra’ : 81)

Ada juga yang mentafsirkan mengingati Allah dengan melakukan
kebaikan sedangkan pentafsiran seperti ini adalah berbentuk
umum dan tidak muafakat di kalangan mufassirin yang muktabar,
apatah lagi tafsiran yang dihurai oleh ulama-ulama tasawuf yang
merupakan pakar dalam bidang kejiwaan manusia.

Wallahu ‘alam. Petikan buku : Bicara Hikmah II

Salam Bahagia
Nur Khabib