26 July 2007

Pesan Utama 7 Utusan Tuhan

Allah Ta’ala mengutus setiap utusannya, sejak
zaman Adam as sampai Nabi Muhammad SAW,
adalah untuk menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Allah Ta’ala. Lihatlah ayat-ayat Al Qur’an
berikut ini:

1. Nuh A.S “Jika kamu berpaling (dari peringatanku),
aku tidak meminta upah sedikitpun daripadamu.
Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka,
dan aku (Nuh A.S) disuruh supaya aku termasuk
golongan orang-orang yang
berserah diri
(kepada-Nya)”. (Q.S. 10:72).

2. Ibrahim A.S “Ibrahim bukan seorang Yahudi
dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia
adalah seorang yang lurus lagi
berserah diri
(kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk
golongan orang-orang musyrik”. (Q.S. 3:67).


3. Musa A.S
“Berkata Musa: “Hai kaumku,
jika kamu beriman kepada Allah, maka
bertawakallah kepada-Nya saja, jika kamu
benar-benar orang yang
berserah diri“. (Q.S. 10:84).


4. Ya’qub A.S
“Dan Ya’qub berkata:”Hai anak-
anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk
dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu
gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku
tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun
daripada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan
(sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nyalah
aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja
orang-orang yang bertawakal
berserah diri“. (Q.S. 12:67).


5. Sulaiman A.S
“Berkatalah Balqis:”Ya Rabbku,
sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku
dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah,
Rabb semesta alam”
. (Q.S. 27:44).


6. Isa A.S
“Aku (Isa A.S) tidak pernah mengatakan
kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan
kepadaku yaitu:”Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu”,
dan adalah aku menjadi saksi
(syahiidan) terhadap
mereka”.
(Q.S.5 :117).
“Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka
berkatalah dia:”Siapakah yang akan menjadi
penolong-penolongku untuk Allah” Para hawariyyin
menjawab:”Kamilah penolong-penolong Allah. Kami
beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa
sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang
berserah diri.” (Q.S. 3:52).


7. Muhammad SAW “Katakanlah: “Sesungguhnya
shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu
baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku (Muhammad SAW)adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.
(Q.S. 6:162-163)
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintah supaya
aku menjadi orang yang pertama kali menyerahkan diri
(kepada Allah)”. (Q.S. 6:14).

MENJADI MUSLIM ADALAH
SEBUAH PILIHAN YANG UTAMA

ORANG BERAGAMA ISLAM BANYAK,
YANG MUSLIM SEDIKIT SEKALI

BERANIKAH SECARA JUJUR MENYATAKAN
BAHWA SAYA MUSLIM. Dan ada yang mau menjadi saksi
ATAS KEMUSLIMAN DIRIMU
SEHINGGA KAU MERASAKAN RASANYA ISLAM.


Salam Bahagia


Nur Khabib

09 July 2007

Mengenal Tujuh


Tujuh adalah angka spiritual yang menjadi jalan

dan metode akhir setiap manusia yang ingin mengenal

dengan benar siapa sejati dirinya sekaligus siapa

Tuhannya. angka ini menjadikan para mistikus,

pesuluk, sufi dan pencari kebenaran mendapatkan

pengalaman puncak tertinggi dari pencarian

selama hidupnya, tidakkah manusia merenungkan

angka ini kenapa bertebaran dalam ritual dan

kehidupan sehingga kita memahami dan

merasakan kebebasan hakiki manakala kita mampu

melampauinya. Kita mestinya bertanya-tanya

dalam pikiran sehat kenapa 7 (Tujuh)?

7 Hari

7 Nafsu

7 Ayat al-fatihah

7 Ayat Tujuh

7 Anggota sujud

7 Posisi gerakan sholat

7 Putaran towaf

7 Kali lari-lari sa’i

7 Batu untuk lempar jumrah

7 Huruf yang tidak termasuk dalam al-fatihah

(tsa,jim,kho,za’,syin,zho’dan fa’)

7 Sifat ma’ani yang juga dimiliki manusia

(Qudrot,Irodat,Ilmu,Hayat,Sama’,Bashor,Kalam)

7 Huruf Bismillah (बीए,Sin,Mim,Alif,Lam,Lam,Ha)

7 Kata Sakti Tuhan (Kunfayakuun)

7 Huruf tengah al-Quran (Walyatalathof)

7 Martabat Tujuh

7 Warna pelangi

7 Cahaya

7 Neraka

7 Kota jiwa

7 Lembah pencarian Tuhan

7 Ayat Singgahsana

7 Proses kejadian Adam

7 Proses kejadian anak keturunan Adam

7 Sahabat ashabul kahfi

7 Sahabat Rasul Hafid Qur’an

7 Lapis langit

7 Lapis bumi

7 Keajaiban dunia

7 Keajaiban diri

7 Bayi bisa berbicara

7 Kebiasaan manusia efektif

7 Keturunan (dikutuk 7 turunan)

7 Macam rambut , bagaikan rambut di belah tujuh

(Jembatan Shirotol mustaqim)

dan masih ada yang tidak kita sadari 7 lubang di kepala

manusia yang harus dijaga dan dikendalikan supaya selamat

dunia akhiratnya.(Renungkan) Ingat juga 17 rakaat sholat

27 pahala shalat berjamaah 17 ramadhan 27 rajab

17 agustus. masing-masing 7 memiliki makna rahasia

yang mampu menghantarkan manusia kepada fitrah

asalnya kesucian ruhaniah sehingga akan nampak

terang sejatinya Cahaya, Cahaya diatas Cahaya,

Cahaya Abadi, Cahaya Pertama, Sang Sumber Cahaya,

Cahaya Ilahi।(QS.24;35).

Cahaya itulah yang harus diingat dalam

shalat dan diingat setiap saat sedang berdiri, duduk,

berbaring maupun bekerja apa saja, tanpa

menemukan Cahaya itu kita tidak pantas mengatakan

saya bisa mengingatNya saya bisa berdzikir(mengingat Dia)

Mungkin baru bisa menyebutkan NamaNya saja atau

memuji sifatNya, Nabi kita Muhammad SAW melakukan

kontemplasi di gua Hiro 15 tahun dan melakukan Mi’roj dulu

sebelum sholat 17 rakaat 5 kali dalam sehari semalam

di usia 52 tahun 5+2=7 Tujuh lagi

Bagaimana dengan umatnya saat ini?

Sholat dulu kenal Allah belakangan

bagaimana bisa menyembah dengan benar dan khusuk-

shalatnya kalau yang disembah tidak dikenal

hal inilah yang menjadikan shalat ingat selain Allah

(ingat kunci yang hilang, pekerjaan, istri, dompet, arisan yang

belum dibayar, ingat anak yang sakit dll inilah sekutu Allah

dan apabila dalam shalat masih ingat ini yakinlah

orang ini belum bertauhid dengan benar) naudubillah,

Nabi juga mencontohkan makrifat dulu baru syahadat

dan juga seperti wudhu dulu baru sholat, jadi

makrifat dan wudhu itu wajib hukumnya,

Makna syahadat Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan

selain Allah dan Aku bersaksi bahwa Muhammad

itu utusan Allah, kata bersaksi itu baru memiliki makna

kebenaran yang murni apabila dimulai dengan menyaksikan

dengan mata Qolbu.setelah terbukanya mata Qolbu

melalui seorang Mursyid yang Kamil Mukamil

(Pembimbing Ruhani Sempurna dan Menyempurnakan).

Pelajari selanjutnya atau hub:NuN 08158874200=7

Mukmin Muslim sejati mengatakan:

Jika kita baru mengenal Allah dari AsmaNya

maka kita belum mengenal Allah

Jika mengenal Allah dari sifat-sifatNya

kita belum mengenal Allah,

Jika kita mengenal dari af’alNya saja

kitapun belum mengenal Allah

akan tetapi jika kita mengenal Allah dari Allah

itu sendiri maka kita telah mengenal Allah

yang sebenarnya.

Seperti kita mengenal AIR tidak bisa hanya dari tulisan

AIR tapi kita harus menyaksikan air menemukan air

(dari AIR itu sendiri karena telah bertemu dengan AIR)

kemudian meminum merasakan kesegarannya baru

kita mengenal sesungguhnya air murni itu jernih, tidak bau,

cair dan bisa membersihkan apapun dan menghilangkan

dahaga juga sangat kita perlukan dalam kehidupan ini.


7 Juli 2007 07 PM

Salam Bahagia

Nur Khabib

29 May 2007

Terobosan Kreatif

Suatu Terobosan Kreatif.

Setelah manusia tumbuh dalam kehidupan berdunia
yang berporoskan nafsu dan watak akunya, mata hatinya
lalu menjadi buta sama sekali. Akibatnya, manusia
tidak lagi percaya bisa mengenali-Nya, apalagi hingga
sampai bertemu dengan-Nya. Menurut keyakinan
manusia sejati, Tuhan telah menyiapkan terobosan kreatif
bagi umat beragama (siapa saja,agama apa saja)
yang merasa butuh kepada-Nya, sebagai wujud
belas kasih-Nya kepada mereka. Yaitu, membentuk
di tengah-tengah mereka seorang pembimbing sejati
(syaikh atau guru mursyid) yang akan menunjukkan
Keberadaan-Nya Yang Al-Ghaib dan menuntun
hamba-Nya di jalan lurus menuju kepada-Nya,
hingga sampai dengan selamat kembali kepada-Nya.
Sang pembimbing (yang tidak akan pernah berani
mengaku, karena tidak merasa menjadi Guru) ini
pertama-tama mengisikan butiran iman (Nur Ilahi)
ke dalam rasa hati murid (orang yang berkehendak
bertemu Tuhannya). Hal ini kemudian menghidupkan
dan mencerahkan hati, ruh, dan rasanya, sehingga
mencahaya dengan senantiasa mengingat-ingat dan
menghayati Keberadaan Diri-Nya Ilahi. Mengubah
dirinya menjadi insan cahaya Tuhan.

Lalu, si murid selalu berusaha mengikuti petunjuk
Sang Pembimbing demi keberhasilannya memenangkan
perang terbesar (jihadunnafs) yang mau tak mau mesti
diperjuangkan seumur hidupnya di dunia ini. Proses ini
diyakini kemudian akan mendatangkan fadhal dan
rahmat Tuhannya yang menyampaikannya kepada
tujuan hidup dan cita-cita bertemu dengan Tuhannya.
Kebutuhan murid sufi terhadap mengadanya seorang
guru sejati baginya menjadi sangat penting dan perlu
sekali, karena dia sangat menyadari begitu samarnya
(bagai sehelai rambut dibelah tujuh) jalan menuju
kepada-Nya. Juga, begitu halusnya (hingga tak disadari)
bujuk rayu dan godaan setan dan iblis, serta adanya
(selama umur hidupnya di dunia) ajakan nafsu yang
selalu menyalahi kehendak-Nya dengan memerankan
watak akunya.

Oleh karena itu, sang pembimbing sejati mestilah
mempunyai martabat mursyidun, murbiyyun, nashihun
dan sekaligus kamilun, di dalam menjalankan tugasnya
membimbing murid sufi menuju keberhasilan cita-citanya
.

Salam Bahagia

Nur Khabib

Berdzikir di sekeliling Arsy

Berdzikir di Sekeliling Arsy

Tiba-tiba saja aku merasakan
semua benda di sekelilingku menjadi hidup
Tak ada yang mati bahkan tak ada yang diam

Batu-batu hidup dan berdzikir
Air yang menetes hidup dan berdzikir
Udara yang kuhirup hidup dan berdzikir
Cahaya matahari hidup dan berdzikir
Desau angin hidup dan berdzikir
Gunung-gunung hidup dan berdzikir
Lautan hidup dan berdzikir
kutoleh semua benda di sekelilingku hidup
berdzikir, berdzikir, dan berdzikir

Aku terperangah
Ternyata bumiku sedang berdzikir
Tak ada yang diam, tak ada yang mati

Kutatap langit
tiba-tiba seluruh bintang gemintang hidup dan berdzikir
Bulan, planet dan galaksi pun hidup dan berdzikir

Dzikir-dzikir itu
terus menggema membubung tinggi menembus segala batas
bergelora di seluruh penjuru cakrawala
berpusar-pusar menuju 'Arsy yang Maha Agung

Berjuta-juta malaikat
menyambut pusaran dzikir itu
dan kemudian lebur dalam harmoni
bias cahaya yang membuncah luar biasa indahnya

Bias cahaya itu memenuhi
seluruh horison penglihatanku
menyambar kesadaranku
Aku larut dalam harmoni Abadi yang tak kumengerti

Tiba-tiba aku lenyap dalam bias cahaya
larut dalam dzikir yang bergelora
lebur dalam gerakan tiada batas
terus berpusar menuju 'Arsy
Sang Maha Perkasa Allah Azza wajalla

Salam Bahagia

Nur Khabib

04 March 2007

Dialog aku dan Aku

DIALOG “aku” DAN “AKU”

Tubuhku adalah penjaraku
Hewan adalah sifat dan nafsuku
Pikiran adalah kesombonganku
Otak adalah kebodohanku
Hati adalah kelemahanku

Binatang menjadi kawanku
Benda-benda menjadi pujaanku
Kekuasaan menjadi jalanku
Ketamakan adalah tubuhku
Lalu kesementaraan menjadi kelalaianku

Di sana tiada kutemui kesejatian
Di sana tak kutemui keagungan dan kesucian
Di sana aku senantiasa bertemu dengan kegelapan
Karena itulah aku memilih “Hijrah”

“Selamat” adalah agamaku
Kehidupan adalah bacaanku
Seluruh Kitab Suci adalah pelajaranku
Seluruh Nabi dan Rasul adalah guruku
Dan Tuhan adalah kekasihku

Langit adalah rumahku
Cahaya adalah kendaraanku
Mutiara adalah jejakku
Wangi-wangian adalah nafasku
Akal menjadi pembimbingku

“AKU BERKATA PADA TUBUHKU,

AKU BERSABDA KEPADA MAKAMKU,

AKU BERCERITA KEPADA DIRI

TENTANG KESEJATIAN KARENA IA BODOH

DAN TIADA PERNAH MEMAHAMI TUHANNYA”

Wahai tubuh,

AKU tiada mengikuti agama apapun di muka Bumi ini,

sebab AKU selalu bersama-NYA.

Engkaulah yang harus belajar dari agama,

karena sesungguhnya engkau tiada terkendali.

Wahai tubuh,

Sifat hewanimu membuatku tak henti berpikir,

sesungguhnya apa yang menjadi tujuanmu?
Apakah karena kelemahanmu

sehingga engkau begitu tamak?
Apakah karena keburukanmu

sehingga engkau begitu ingin berkuasa?
Apakah karena kesementaraanmu

sehingga kau puaskan birahi?
Wahai tubuh, itu semua tidak akan menyempurnakanmu,

sebab kau berasal dari jenis hewan

yang terbaik di muka Bumi ini.

Wahai tubuh,
Berpalinglah sejenak kepadaku.
Lihatlah kesempurnaanku.
Sebab aku berasal dari hembusan nafas Ruh Tuhanku,

sedang engkau berasal dari segumpal tanah di Surga.

Wahai tubuh,
Sesungguhnya setiap jengkal tanah di Surga

telah kujadikan tempat bersujud.

Sedang engkau hanyalah menjadi alasku.
Tidakkah kau ingat kejadian itu?

Atau sengaja kau lupakan?

Wahai tubuh,
Lihatlah aku yang bermahkota akal.
Lihatlah aku yang bersinggasana keimanan.
Lihatlah kerajaan cahayaku yang agung.
Lihatlah, dari sini aku bisa menatap Tuhan.

Wahai tubuh,
Aku adalah apa adanya,

tiada kekurangan dan tiada kelebihan.
Itulah sesungguhnya arti “kesempurnaan”.
Seperti saat Tuhan

menciptakan kita dalam ketelanjangan kahikat.

Wahai tubuh,
Kau sibukan dirimu dengan berdandan.
Kau lelahkan dirimu dengan berhias.
Kau tenggelamkan dirimu dalam

lautan duniawi yang tiada abadi.

Wahai tubuh,
Lihatlah, dirimu semakin tua dan rapuh
Lihatlah, dirimu tiada berdaya melawan ruang dan waktu
Lihatlah, dirimu direndahkan oleh benda-benda

yang kalian ciptakan sendiri
Lihatlah, dirimu dihempaskan oleh nilai materi

yang kalian buat sendiri
Kau merasakan haus dan lapar
Kau merasakan kesakitan dan kepedihan
Kau merasakan birahi yang menggejolak
Kau merasakan ketakutan dan kekhawatiran
Kau berharap kekuasaan

dalam ketertindasan dan keterbatasan
Wahai tubuh, kau sedang menuju kehancuran
Tidakkah kau lihat itu? Ataukah kau telah buta.

Wahai Tubuh,
Engkau adalah ujung terjauh dari Aku
Engkau adalah bagian yang paling akhir dari Aku
Engkau adalah bagian yang paling rendah dari Aku
Engkau hanyalah simbol dari keberadaanku.

Wahai tubuh,
Engkau adalah tempat persinggahanku

untuk sementara waktu,

karena kelak aku harus kembali kepada-NYA
Bersyukurlah,

karena DIA mengijinkanku untuk menempatimu
Jika kau menolak untuk aku singgahi,

maka tiada beda engkau dengan Iblis yang dilaknat Allah
Sadarlah, karena tanpa kehadiranku

sesungguhnya engkau tidak pernah ada
Bersabarlah, karena akan tiba waktunya kita berpisah
Dan selesailah tugasmu mengantarkan aku ke ujung waktu.

Engkau adalah pakaianku, maka berriaslah untukku,

dan bukan untuk nafsu dan kebodohanmu
Engkau adalah sahabat dekat yang berbeda sifat.
Bila tiba waktuku, engkau akan aku campakan terkubur Bumi
Bisakah engkau mengerti maksudku?
Wahai tubuh,
Engkau hanya mampu mencapai surga dunia yang sementara,

sedang perjalananku hingga mencapai hakekat surga.

Surga yang tak pernah terlintas dalam benakmu

dan tak pernah terbersit dalam hatimu
Engkau tidak akan pernah menghadap Tuhan
Akulah yang kelak berhadapan dengan-NYA

Sesungguhnya DIA memuliakanmu,

namun engkau telah membutakan diri

sehingga kemuliaan itu tiada nampak padamu.

Kau telah berhias diri secara berlebihan

sehingga perhiasan sejati terlupakan olehmu.

Wahai tubuh engkau telah lupa diri, lupa mula kesejatianmu.

Wahai tubuh,
Tahukah kau, bahwa hidupmu hanya tinggal

beberapa putaran waktu Bumi
Tahukah kau, bahwa kenikmatan yang kau rasakan

hanyalah sepenggal waktu Bumi
Tahukah kau, bahwa kekuasaan yang kau idamkan itu

hanya menunggu jatuhnya waktu
Seperti tubuhmu yang tiada kekal.

Wahai tubuh,
Aku adalah kesejatian,

mahluk suci yang tiada kekurangan dan tiada kelebihan
Aku tiada pernah tua dan tiada pernah rapuh
Aku adalah hakekat penciptaan
Akulah hakekat atas kesejatian diri
Akulah kesejatian diri atas penciptaan-NYA
Ruang dan waktu tak dapat menghalangi perjalananku

untuk mencari dan bertemu dengan-NYA
Aku adalah aku yang apa adanya
Akulah detak kehidupan abadi

Wahai tubuh,
Maka, tunduklah, bersimpuhlah dihadapanku
Akan aku hantarkan sujudmu kepada Tuhanku
Maka, terbukalah berjuta pintu surga,

dan hamparan mutiara kehidupan akan kau dapatkan.
Wahai tubuh, genggamlah hakekat diri dan lepaskanlah

segala perhiasan duniawi yang memberatkan langkahmu.

Seperti Ibrahim Alaihisalam Nabiyullah,

seperti Isa Rasulullah, seperti Muhammad Rasulullah

Wahai tubuh,
Engkau lelah berjalan di muka bumi untuk mencari sesuatu

yang tidak engkau ketahui, sesuatu yang tiada pasti.

Wahai tubuh kendaraanku yang kian hari kian tua dan rusak.

Wahai tubuh,
Ketahuilah, bahwa akupun hanya sebatas simbol

dari “Aku-Aku” yang lain. Maka tiada pantas

engkau menyombongkan diri hingga

melupakan hakekat penciptaan.

Tubuh dengarlah,
Sebelum segala sesuatu yang ada diciptakan oleh Sang Khaliq,

terlebih dahulu DIA menciptakan “Nur Muhammad”,

yaitu sebuah ‘Cahaya’ yang bernama Muhammad,

yaitu Hakekat Akal, yaitu Kesejatian Akal, yaitu Kesejatian

dan Hakekat Penciptaan,
“Nur Muhammad” adalah dia yang menjadi hakekat mahluk.

Maka, jangan kau pertanyakan tentang nama itu.
Karena, hanya DIA yang Maha Tahu akan segala rahasia.
Lalu, begitulah sebutan tersebut sesuai dengan kejadiannya.
Dan itulah rahasia besar di antara Khaliq dan Mahluknya.
Di antara keduanya terdapat perjanjian agung

yang tiada satupun mahluk kedua yang mengetahuinya,

begitu pula dengan Jibril Alaihisalam dan malaikat yang lainnya.
Bahkan rahasia itu tidak pula diketahui oleh wujud Nurnya.

Wahai tubuh,
Maka pahamilah, sesungguhnya “Muhammad” itu

bukanlah tubuh manusia seperti yang engkau bayangkan.
Ia adalah kesejatian yang hakekat, ia adalah ‘cahaya’

yang singgah disetiap tubuh yang mampu menjaga

hakekat penciptaan mahluk hingga kepuncak yang tertinggi.
Tubuh-tubuh manusia itu hanyalah wadah yang

bernama Adam, bernama Ibrahim, bernama Daud,

bernama Isa, hingga tubuh persinggahan terakhir

yang bernama “Ahmad bin Abdullah”.

Wahai tubuh,
Maka, “Nur Muhammad” itu sesungguhnya telah menyinggahi

seluruh tubuh Nabi dan Rasul yang pernah ada di muka Bumi.

Dan Nur Muhammad itulah yang dimaksud dengan

utusan suci dan agung.

Wahai tubuh,
Adakah kau miliki kesucian dan keindahan yang tiada terbatas itu?

Adakah kau miliki keabadian itu?

Adakah kau pernah berdampingan dengan NYA?

Hari ke hari kau hanya berhias diri mencoba

menutupi segala kekurangan ragawimu.
Kembali dan pandangilah aku hingga kau temukan jati dirimu.
Tubuh, bersabar dan bertawaqal adalah bagianmu.

Wahai tubuh,
Kini telah datang waktunya manusia terpecah belah

karena pikiran mereka yang bodoh dan sempit.

Manusia saling memburukkan antar sesamanya

sambil mereka berenang dalam lautan kegelapan dan kebodohan.
Tanyakan kepada mereka, “Siapa Tuhanmu?”

dan mereka akan menjawab dengan pikirannya,

dan tidak dengan hatinya.
Maka, sejuta manusia akan melahirkan sejuta Tuhan

yang tiada kepastian.

Agama telah rentas terpecah hingga beragam bentuk,

dengan beragam fatwa, dengan beragam aturan,

dengan bermacam pemimpinnya. Sambil semua mengatakan

“Inilah sesungguhnya agama yang paling benar…!”.

Begitulah kata mereka dalam kepentingannya

sambil melupakan hakekat dan kesejatian penciptaan.

Wahai tubuh,
Tentu engkau merasa gundah dalam kebingungan

yang memuncak sambil bertanya,

“Yang manakah agama yang benar?

Kemanakah aku harus melangkah?

Siapakah yang pantas menjadi junjungan?”
Kebingungan itu tiada pernah henti

hingga tubuhmu hancur bersatu dengan Bumi.

Wahai tubuh,
Sesungguhnya engkau telah terjebak

dalam pemahaman agama yang dibuat oleh manusia.
Dan kini mereka hidup berkelompok-kelompok

sambil mengatakan dirinya berbeda dan paling benar.
Sesungguhnya Allah tidak pernah membeda-bedakan agama.

Berdasarkan kejadiannya, Allah menurunkan agama

secara berkelanjutan melalui perbedaan waktu dan kejadiannya

dan bukan dalam perbedaan seperti sangkaanmu.

Wahai tubuh,
Sesungguhnya kitab-kitab suci yang diturunkan

hanyalah berupa keterangan-keterangan agung dan suci

bagi seluruh umat manusia yang dibawakan oleh para Utusan-NYA.

Lalu, tubuh manusia bodoh itu terjerumus ke dalam perbedaan

karena penamaan yang berbeda, karena utusan yang berbeda,

karena tempat yang berbeda, karena bahasa yang berbeda.
Padahal dari Tuhan yang sama, ALLAH.
Sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah.
Wahai tubuh, ingat dan fahamilah itu.

Wahai tubuh,
Kini kau lihat, bagaimana kebodohan manusia dalam beragama.

Kebodohan manusia yang mengakibatkan perpecahan

hingga saling menghancurkan.

Masing-masing manusia merasa benar sendiri.

Dirinyalah yang paling benar,

dirinyalah yang paling diberkahi oleh Tuhan.
Sambil sesungguhnya kebenaran itu disesuaikan

dengan kebutuhan mereka, dan itu bukanlah kebenaran sejati.

Wahai tubuh,
Agama yang mereka katakan itu sepintas benar,

namun sesungguhnya tidaklah demikian.

Bunga mawar yang indah itu dipetik dari taman yang sama,

lalu mereka menempatkannya dalam jambangan yang berbeda.

Mutiara yang indah itu berasal dari dasar samudra,

lalu para empu membuatnya untuk berbagai bentuk hiasan

yang dapat mempercantik seluruh kaum wanita

dari berbagai bangsa.

Pedang yang tajam itu berasal dari besi

yang diambil dari perut Bumi, lalu para panglima perang

menggunakannya dalam berbagai peperangan yang berbeda.

Wahai tubuh,

Lihatlah manusia bodoh itu melupakan mula kejadiannya,

mereka melalaikan yang awal dan membedakan yang akhir.
Manusia sempit pikir itu tidak mampu melihat hakekat

agama suci yang diturunkan oleh Tuhannya.
Mereka hanya mengerti akhir dan ujung terjauh

dari perjalanan turunnya agama

dan tidak memahami awal penciptaan agama.

Wahai tubuh,
Lihatlah manusia bodoh itu terjebak kepada tubuh para utusan

pembawa Ajaran Suci Sabda Sejati.
Padahal para Utusan Agung itu mengajarkan

kepada manusia hewan ini bagaimana cara bertemu

dengan Sang Penciptanya,

mereka mengajarkan bagaimana cara mencintai Allah,

mereka mengajarkan kesejatian nilai-nilai kehidupan.

Wahai tubuh,

Manusia hewan itu hanya melihat sang Mawar

sebagai bunga semata, mereka tidak melihathatnya

sebagai sebuah keindahan agung yang menghiasi muka Bumi.

Wahai tubuh,
Kau pelajari ilmu dari buku-buku,

padahal dalam setiap butir darahmu

adalah ilmu yang tiada keduanya.
Kau mengetuk dari pintu ke pintu meminta segelas air,

padahal tubuhmu hampir tenggelam oleh lautan tak terbatas.
Kau mengambil segenggam tanah dari setiap petak,

padahal dirimu berdiri di atas hamparan yang tiada habis digali.

Wahai tubuh,
Kau ambil hak orang lain sambil kau abaikan

yang telah menjadi bagianmu.

Jika saja kau melihat hakekat yang menjadi bagianmu,

betapa mereka kecewa karena tiada kau hiraukan.
Kau kuasai kewajiban orang lain sambil

kau abaikan bagian kewajibanmu.

Jika saja kau melihat yang telah menjadi kewajibanmu,

betapa mereka kecewa karena tiada kau laksanakan.

Wahai tubuh,
Tiada puas kau ikuti keinginanmu untuk menutupi kekuranganmu.
Wahai tubuh, keliaran nafsu yang tak mampu

kau kendalikan itu akan kau bawa kemana?
Wahai tubuh budak nafsu, siapakah tuanmu?
Wahai tubuh lemah, akulah tuanmu yang sesungguhnya
Wahai tubuh, akulah yang berada di dalam dirimu
Berpalinglah kepadaku dan tataplah aku
Datanglah kepadaku dan duduklah di sampingku
Tinggallah dalam kerajaan abadi ini sambil menatap DIA

yang selalu mengasihi dan menyayangi mahluknya.

Wahai tubuh ingatlah selalu akan Dia,

Allah…Allah…Allah

Salam Bahagia:)

Nur Khabib

26 February 2007

Suluk Wujil

Saudaraku renungkan dan ganti nama Wujil ini
Dengan namamu biar mengena dan terasa….

SULUK WUJIL

Inilah ceritera si .....Wujil
Berkata pada guru yang diabdinya, Ratu Wahdat
Ratu Wahdat nama gurunya
Bersujud ia ditelapak kaki Syekh Agung
Yang tinggal di desa Bonang
Ia minta maaf Ingin tahu hakikat
Dan seluk beluk ajaran agama
Sampai rahasia terdalam

Sepuluh tahun lamanya sudah
......Wujil Berguru kepada Sang Wali
Namun belum mendapat ajaran utama
Ia berasal dari Majapahit
Bekerja sebagai abdi raja
Sastra Arab telah ia pelajari
Ia menyembah di depan gurunya
Kemudian berkata Seraya menghormat Minta maaf


“Dengan tulus saya mohon
Di telapak kaki tuan Guru
Mati hidup hamba serahkan
Sastra Arab telah tuan ajarkan
Dan saya telah menguasainya
Namun tetap saja saya bingung
Mengembara kesana-kemari Tak berketentuan.
Dulu hamba berlakon sebagai pelawak
Bosan sudah saya Menjadi bahan tertawaan orang

Ya Syekh al-Mukaram!
Uraian kesatuan huruf
Dulu dan sekarang
Yang saya pelajari tidak berbeda
Tidak beranjak dari tatanan lahir
Tetap saja tentang bentuk luarnya
Saya meninggalkan Majapahit
Meninggalkan semua yang dicintai
Namun tak menemukan sesuatu apa
Sebagai penawar

Diam-diam saya pergi malam-malam
Mencari rahasia Yang Satu dan jalan sempurna
Semua pendeta dan ulama hamba temui
Agar terjumpa hakikat hidup
Akhir kuasa sejati
Ujung utara selatan
Tempat matahari dan bulan terbenam
Akhir mata tertutup dan hakikat maut
Akhir ada dan tiada

Ratu Wahdat tersenyum lembut
“Hai ...... Wujil sungguh lancang kau
Tuturmu tak lazim
Berani menagih imbalan tinggi
Demi pengabdianmu padaku
Tak patut aku disebut Sang Arif
Andai hanya uang yang diharapkan
Dari jerih payah mengajarkan ilmu
Jika itu yang kulakukan
Tak perlu aku menjalankan tirakat

Siapa mengharap imbalan uang
Demi ilmu yang ditulisnya
Ia hanya memuaskan diri sendiri
Dan berpura-pura tahu segala hal
Seperti bangau di sungai
Diam, bermenung tanpa gerak.
Pandangnya tajam, pura-pura suci
Di hadapan mangsanya ikan-ikan
Ibarat telur, dari luar kelihatan putih
Namun isinya berwarna kuning

Matahari terbenam, malam tiba
...... Wujil menumpuk potongan kayu
Membuat perapian,
memanaskan Tempat pesujudan Sang Zahid
Di tepi pantai sunyi di Bonang
Desa itu gersang
Bahan makanan tak banyak
Hanya gelombang laut
Memukul batu karang
Dan menakutkan

Sang Arif berkata lembut
“Hai...... Wujil, kemarilah!”
Dipegangnya kucir rambut ......Wujil
Seraya dielus-elusTanda kasihsayangnya
......“Wujil, dengar sekarang
Jika kau harus masuk neraka
Karena kata-kataku
Aku yang akan menggantikan tempatmu”…

“Ingatlah .......Wujil, waspadalah!
Hidup di dunia ini
Jangan ceroboh dan gegabah
Sadarilah dirimu Bukan yang Haqq
Dan Yang Haqq bukan dirimu
Orang yang mengenal dirinya
Akan mengenal Tuhan
Asal usul semua kejadian
Inilah jalan makrifat sejati”

Kebajikan utama (seorang Muslim)
Ialah mengetahui hakikat salat
Hakikat memuja dan memuji
Salat yang sebenarnya
Tidak hanya pada waktu isya dan maghrib
Tetapi juga ketika tafakur
Dan salat tahajud dalam keheningan
Buahnya ialah menyerahkan diri senantiasa
Dan termasuk akhlaq mulia

Apakah salat yang sebenar-benar salat?
Renungkan ini:
Jangan lakukan salat
Andai tiada tahu siapa dipuja
Bilamana kaulakukan juga
Kau seperti memanah burung
Tanpa melepas anak panah dari busurnya
Jika kaulakukan sia-sia
Karena yang dipuja wujud khayalmu semata

Lalu apa pula zikir yang sebenarnya?
Dengar: Walau siang malam berzikir
Jika tidak dibimbing petunjuk Tuhan
Zikirmu tidak sempurna
Zikir sejati tahu bagaimana
Datang dan perginya nafas
Di situlah Yang Ada, memperlihatkan
Hayat melalui yang empat

Yang empat ialah tanah atau bumi
Lalu api, udara dan air
Ketika Allah mencipta Adam
Ke dalamnya dilengkapi
Anasir ruhani yang empat:
Kahar, jalal, jamal dan kamal
Di dalamnya delapan sifat-sifat-Nya
Begitulah kaitan ruh dan badan
Dapat dikenal bagaimana
Sifat-sifat ini datang dan pergi, serta ke mana

Anasir tanah melahirkan
Kedewasaan dan keremajaan
Apa dan di mana kedewasaan
Dan keremajaan? Dimana letak
Kedewasaan dalam keremajaan?

Api melahirkan kekuatan
Juga kelemahan
Namun di mana letak
Kekuatan dalam kelemahan?
Ketahuilah ini

Sifat udara meliputi ada dan tiada
Di dalam tiada, di mana letak ada?
Di dalam ada, di mana tempat tiada?

Air dua sifatnya: mati dan hidup
Di mana letak mati dalam hidup?
Dan letak hidup dalam mati?
Kemana hidup pergi
Ketika mati datang?
Jika kau tidak mengetahuinya
Kau akan sesat jalan

Pedoman hidup sejatiIalah mengenal hakikat diri
Tidak boleh melalaikan shalat yang khusyuk
Oleh karena itu ketahuilah
Tempat datangnya yang menyembah
Dan Yang Disembah
Pribadi besar mencari hakikat diri
Dengan tujuan ingin mengetahui
Makna sejati hidup
Dan arti keberadaannya di dunia

Kenalilah hidup sebenar-benar hidup
Tubuh kita sangkar tertutup
Ketahuilah burung yang ada di dalamnya
Jika kau tidak mengenalnya
Akan malang jadinya kau
Dan seluruh amal perbuatanmu, ......Wujil
Sia-sia semata Jika kau tak mengenalnya.
Karena itu sucikan dirimu
Tinggalah dalam kesunyian
Hindari kekeruhan hiruk pikuk dunia

Keindahan, jangan di tempat jauh dicari
Ia ada dalam dirimu sendiri
Seluruh isi jagat ada di sana
Agar dunia ini terang bagi pandangmu
Jadikan sepenuh dirimu Cinta
Tumpu-kan pikiran, heningkan cipta
Jangan bercerai siang malam
Yang kaulihat di sekelilingmu
Pahami, adalah akibat dari laku jiwamu!

Dunia ini .....Wujil, luluh lantak
Disebabkan oleh keinginanmu
Kini, ketahui yang tidak mudah rusak
Inilah yang dikandung pengetahuan sempurna
Di dalamnya kaujumpai Yang Abadi
Bentangan pengetahuan ini luas
Dari lubuk bumi hingga singgasana-Nya
Orang yang mengenal hakikat
Dapat memuja dengan benar
Selain yang mendapat petunjuk ilahi
Sangat sedikit orang mengetahui rahasia ini

Karena itu, ......Wujil, kenali dirimu
Kenali dirimu yang sejati
Ingkari benda
Agar nafsumu tidur terlena
Dia yang mengenal diri
Nafsunya akan terkendali
Dan terlindung dari jalan
Sesat dan kebingungan
Kenali diri, tahu kelemahan diri
Selalu awas terhadap tindak tanduknya

Bila kau mengenal dirimu
Kau akan mengenal Tuhanmu
Orang yang mengenal Tuhan
Bicara tidak sembarangan
Ada yang menempuh jalan panjang
Dan penuh kesukaran
Sebelum akhirnya menemukan dirinya
Dia tak pernah membiarkan dirinya
Sesat di jalan kesalahan
Jalan yang ditempuhnya benar

Wujud Tuhan itu nyata
Mahasuci, lihat dalam keheningan
Ia yang mengaku tahu jalan
Sering tindakannya menyimpang
Syariat agama tidak dijalankan
Kesalehan dicampakkan ke samping
Padahal orang yang mengenal Tuhan
Dapat mengendalikan hawa nafsu
Siang malam penglihatannya terang
Tidak disesatkan oleh khayalan

Diam dalam tafakur, ......Wujil
Adalah jalan utama (mengenal Tuhan)
Memuja tanpa selang waktu
Yang mengerjakan sempurna (ibadahnya)
Disebabkan oleh makrifat
Tubuhnya akan bersih dari noda
Pelajari kaedah pencerahan kalbu ini
Dari orang arif yang tahu
Agar kau mencapai hakikat
Yang merupakan sumber hayat

.....Wujil, jangan memuja
Jika tidak menyaksikan Yang Dipuja
Juga sia-sia orang memuja
Tanpa kehadiran Yang Dipuja
Walau Tuhan tidak di depan kita
Pandanglah adamu
Sebagai isyarat ada-Nya
Inilah makna diam dalam tafakur
Asal mula segala kejadian menjadi nyata

Renungi pula, ......Wujil!
Hakikat sejati kemauan
Hakikatnya tidak dibatasi pikiran kita
Berpikir dan menyebut suatu perkara
Bukan kemauan murni
Kemauan itu sukar dipahami
Seperti halnya memuja Tuhan
Ia tidak terpaut pada hal-hal yang tampak
Pun tidak membuatmu membenci orang
Yang dihukum dan dizalimi
Serta orang yang berselisih paham

Orang berilmu
Beribadah tanpa kenal waktu
Seluruh gerak hidupnya
Ialah beribadah
Diamnya, bicaranya
Dan tindak tanduknya
Malahan getaran bulu roma tubuhnya
Seluruh anggota badannya
Digerakkan untuk beribadah
Inilah kemauan murni

Kemauan itu, ......Wujil!
Lebih penting dari pikiran
Untuk diungkapkan dalam kata
Dan suara sangatlah sukar
Kemauan bertindak
Merupakan ungkapan pikiran
Niat melakukan perbuatan
Adalah ungkapan perbuatan
Melakukan shalat atau berbuat kejahatan
Keduanya buah dari kemauan

Sunan Bonang

Salam Bahagia:)
Dari Cucunya Sunan Bonang

Nur Khabib

01 January 2007

Puncak Tujuan Hamba

Makrifat kepada Allah
sebagai puncak tujuan hamba.

Marifat kepada Allah adalah
puncak keuntungan seorang hamba.

Apabila Tuhan membukakan bagimu suatu jalan
untuk marifat, maka jangan menghiraukan soal
amalmu yang sedikit, sebab Tuhan tidak membukakan
bagimu, melainkan Dia akan memperkenalkan diri
kepadamu.Tidakkah kau ketahui bahwa marifat itu
semata-mata pemberian karunia Allah kepadamu,
sedang amal perbuatanmu hadiah daripadamu,
maka dimanakah letak perbandingannya antara hadiah
dengan pemberian karunia Allah kepadamu?

Fitrah manusia mengenal Allah, baik dalam pengertian
awam(umum) maupun dalam arti khosh (khusus).
Yang dimaksud mengenal Allah dalam pengertian umum
ialah pengenalan iman kepada Allah, sebagaimana yang
dikaji dalam aqoidul iman yang sangat mendasar. Itulah
ilmu tauhid yang disebut sebagai inti agama. Atau pokok
dari segala yang pokok. Dengan kata lain, tauhid merupakan
keyakinan yang paling dasar untuk diajarkan kepada setiap
manusia sebelum lebih jauh menjalar pada aspek-aspek lain
dalam beragama.

Adapun yang dimaksud pengenalan secara khusus ialah
mengenal Allah dalam arti Makrifatulloh (melihat Allah)
dengan matahati. Maka ia melihat Tak ada perbuatan yang
bertebaran di alam ini , kecuali perbuatan Allah; Tak ada
nama yang melekat pada suatu apapun, melainkan
nama Allah; Tak ada sifat yang mewarnai diri, kecuali
sifat Allah; Tak ada Dzat yang meliputi makhluk, melainkan
Dzat Allah. Dengan tahapan Ilman Yaqin, Ainul Yaqin,
Haqqul Yaqin dan Isbatul Yaqin[1][1].

Anugrah Allah kepada hamba yang dikasihiNya merupakan
lensa marifat yang hakiki kepada-Nya. Sebab bagi orang yang
tak dapat anugerah Allah, ia mengenal Tuhan mereka menurut
versi angan khayal mereka. Seperti Firaun yang menuhankan
dirinya, Namrud menuhankan patung batu (arca) dan di zaman
kini banyak orang yang menuhankan sesuatu selain Allah,
seperti menuhankan computer, kekuatan alam dan teknologi.

Mereka itu sebagai contoh orang yang tidak mendapat
anugerah marifat dari Allah.

Jika Allah telah menunjukkan kepada hamba-Nya dengan
sebagian sebab-sebab sehingga ia menjadi orang yang marifat,
kemudian kepadanya dibukakan pintu kemarifatan yang tetap
(sakinah) sehingga ia mendapat ketenangan yang luar biasa.
Dan ini merupakan nikmat yang paling besar.

Hal ini pernah dialami oleh Nabi Ibrahim as dalam mengenal
Tuhannya: Dan demikian Kami perlihatkan kepada Ibrahim
tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan
di bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu
termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi
gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: Inilah
Tuhanku. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata:
Saya tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian tatkala dia
melihat bulan terbit dia berkata: Inilah Tuhanku. Tetapi setelah
bulan itu terbenam dia berkata: Sesungguhnya jika Tuhanku
tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah akau termasuk
orang-orang yang sesat. Kemudian tatkala dia melihat
matahari terbit, dia berkata: Inilah Tuhanku, ini yang lebih
besar, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata:
Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang
kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku
kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan
cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah
termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan[2][2].

Ibrahim as. dapat anugerah marifah kepadaNya dengan
melalui perjalanan yang tentunya melelahkan, tetapi hal itu
telah diganti dengan rasa nikmat yang besar serta ketenangan
yang sangat luar biasa.

Kemudian yang terjadi pada perjalanan Nabi Musa as.
dalam mengenal Tuhannya:
Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? Ketika ia
melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya:
Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api,
mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya
kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu.
Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil:
Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka
tanggalkanlah kedua terompahmu (hawa nafsu & pikiran liar)
sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa.
Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang
akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini
adalah Allah , tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku,
maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku[3][3].

Dan telah Kami janjikan kepada Musa sesudah berlalu waktu
tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu
dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang
telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata
Musa kepada saudaranya yaitu Harun: Gantikanlah aku dalam
(meminpin ) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu
mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan.
Dan ketika Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada
waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman
kepadanya, berkatalah Musa: Ya Tuhanku, tampakkanlah
(diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.
(Berdoalah seperti doanya Musa ini)

Tuhan berfirman: Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku
tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya
(sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku.
Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu,
gunung itu jadi hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan.
(keadaan Fana fillah).
Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata:
Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan
aku orang yang pertama-tama beriman[4][4].
(Bukit & Gunung yang ada pada Diri manusia)
Liku liku perjalanan Nabi Ibrahim as dan Nabi Musa as
dalam mencari Tuhannya yang sebenarnya tampak penuh
dengan tantangan . Tetapi semua peristiwa yang dialaminya
bermuara pada alur bimbingan-Nya, mereka tidak bisa
mengelak dari alur itu. Maka itulah yang disebut Anugerah
Allah. Sehingga mereka berdua menemukan Ilahul Haq alias
Tuhan yang sesungguhnya, yaitu Allah.

Marifat adalah anugerah Allah yang didasari kasih Tuhan
kepada hamba-Nya. Adapun amal ibadah sebagai persembahan
hamba kepada Tuhannya. Dimisalkan; anugerah itu seperti
martabat seorang budak yang diangkat oleh raja menjadi
perdana menteri. Adapun amal ibadah seumpama upeti rakyat
kepada rajanya. Maka betapa sangat jauh perbedaan antara
keduanya.

Ketahuilah wahai para salikin! Sesungguhnya maksud dan
tujuan kebanyakan manusia memperbanyak amal kebaikan
itu adalah agar mereka dapat mendekatkan (Taqarrub)
dirinya kepada Allah dengan amal itu. Tetapi perlu disadari
bahwa itu tidak akan berubah maksudnya karena banyak atau
sedikitnya amal seorang hamba.

Dalam hal ini dapat dimisalkan seperti orang yang sedang
menderita sakit, disebabkan penyakit yang dideritanya maka
menjadi berkuranglah ibadahnya kepada Allah. Boleh jadi
penyakit yang dideritanya itu sebagai sebab dan isyarat
terbukanya pintu kemarifatan kepada Allah.

Oleh sebab itu jangan mempunyai perasaan banyaknya
amal ibadah yang tertinggal disebabkan sakit. Dengan sakit
yang dideritanya itu bisa merasa dekat dengan Allah.
Perasaan lapang dada, luas hatinya dan telah meninggalkan
berbagai kenikmatan dunia seraya diiringi oleh rasa cinta
negeri akhirat. Juga telah siap tuk meninggalkan dunia
nan fana sebelum kematian itu datang. Ini juga sebagai
pertanda orang yang telah mendapatkan Nur Ilahi atau
anugerah Allah. Kesadarannya bahwa Allah bisa berbuat
apa saja menurut kehendaknya, sebagai tanda kearifannya .

Salam Bahagia:)
Nur Khabib