Bunga MAWAR 2
Ada tiga perkara yang aku sukai;
wanita, wewangian, dan shalat.
Karena shalat menyejukan pandangan mataku. (Hadîts)
Para sufi melihat perkataan Nabi, sebagai nilai ekstase dalam
cinta kepada yang tak terhingga. Karena, kesempurnaan manusia
dalam cinta yang murni, tidak semata-mata cinta kepada Tuhan,
melainkan mencintai juga pada wanita. Antara cinta keduanya,
saling menyempurnakan (cinta kepada wanita dalam konteks
perkawinan menurut Islam). Dengan mencintai seorang wanita,
sama dengan mencintai diri kita sendiri, karena asal wanita
berasal dari diri seorang lelaki. Sehingga, dengan mencintainya,
kita telah mencintai diri kita. Dalam kerangka cinta kepada
Allah SWT.
Wadzkur Rabbaka fî nafsika,
"Ingat Tuhanmu dalam dirimu."
Man´ arafa nafsahu faqad ´arafa Rabbahu.
"Barangsiapa yang mengetahui dirinya,
maka ia sungguh-sungguh telah mengetahui Tuhan-nya."
Wanita ialah bentuk feminin yang maujûd tanpa persepsi
apapun. Sedangkan parfum (wewangian bunga/bungan mawar)
dalam kebiasaan bangsa-bangsa kuno, ia menduduki posisi
maskulin yang harus menguasai sifat-sifat feminin.
Nabi Sulaiman as., adalah nabi yang pertama mengetahui
sifat-sifat pe-nyembuhan melalui penggunaan herba dan
bunga-bungaan.
Suatu hari, Nabi Sulaiman as. sedang mendirikan shalat,
tiba-tiba satu pohon bunga tumbuh di hadapannya,
seraya memberi salam. Nabi Sulaiman menjawab salamnya,
dan menanyakan tujuannya ada di sini. Maka bunga itu
menjawab; bahwa aku bunga mawar penawar segala penyakit.
Kemudian, keesokan harinya, tumbuh berbagai bunga
di hadapan nabi Sulaiman as. untuk mengatakan khasiat-khasiat
apa yang dapat diambil dari mereka. Semuanya ini datang dari
kuasa AlLâh SWT.
Dzât inti manusia ialah rûh. Ia akan terpisah dari badan saat
kematian menghampirinya. AlLâh telah mengilhamkan terhadap
sebagian nabi-Nya, tentang bagaimana mengeluarkan rûh,
atau pati bunga dari bunga. Ilmu ini, kemudian, dikembang-kan
oleh kaum sufi. Dzât/rûh bunga mawar yang sempurna terdapat
dalam tiap-tiap diri manusia; berguna untuk menyeimbangkan
diri manusia yang tidak seimbang. Sehingga bunga mawar menjadi
perlambang-an yang hakiki, sebab keindahan dan keharuman
bunga mawar ini, berada di ujung batang yang kuat, dan berduri.
Dan ini merupakan lambang perjalanan serta perjuangan mistik
kaum sufi dalam tasawuf untuk menuju AlLâh SWT. Dalam sebuah
hadîts qudsi, AlLâh berfirman ; yang pertama-tama diciptakan
rûh kenabian, dan dari rûh kenabian dijadikan alam raya ini.
Dan dari alam raya yang dijadikan pertama-pertama adalah
rûh bunga mawar. Inilah asal sebenarnya ilmu aroma terapi.
Bunga mawar mengandung dzat yang baik dan sangat halus.
Maka, ia selalu digunakan untuk menyerap dan menyampaikan
berkat dari seorang wali AlLâh. Setiap ribâth atau padepokan sufi
memiliki taman mawar, karena dengannya mereka mendapatkan
banyak manfaat darinya. Padahal, jenis pohon bunga-di dunia ini
lebih kurang 60.000 jenis. Tapi, para sufi lebih menyekuai bunga
yang dipilih oleh AlLâh, dan juga oleh orang-orang ketuhanan,
yaitu kuntum bunga mawar.
Shalat adalah perlambangan feminin yang sangat disukai oleh
nabi Muhammad SAW. Mengapa shalat berada di posisi feminin?
Karena, shalat ialah suatu cara untuk berhubungan dengan
AlLâh SWT. yang bersifat huwa (maskulin). Maka ucapan
Nabi di atas-tentang tiga perkara-, dengan komposisi yang
sedemikian rupa, mengindikasikan sebuah perlambangan
daripada penguasaan sifat-sifat feminin oleh maskulin.
"Arrijâl qawwâmûna ´alâ nisâ'..." (kaum lelaki itu adalah
pemimpin bagi kaum wanita....). Wanita-wangi-wangian-shalat
(feminin-maskulin-feminin) menerangkan makna ayat
Al-Qur'ân yang berbunyi matsnâ watsulâtsâ warubâ´.
Kata mawar, kalau dilihat dari etimologinya, berasal dari kata
wardah, yang artinya dalam bahasa Indonesia yaitu mawar;
MA-WAR-D (wardah=mawar). Jadi, apa artinya mawar itu?
Pertanyaan ini telah menjadikan bunga mawar sendiri mengandung
misteri yang sufistik. Sifat maskulinnya yang mana menggambarkan
kesatrian. Arti satria bukanlah sebuah kemenangan dari suatu
perlawanan. Tapi, yang disebut satria ialah perjuangan yang
tak henti-hentinya. Maka, seseorang yang melakoni kehidupan
dengan mematuhi prinsip-prinsip syari´at, tharikat, hakikat
dan ma´rifat, adalah seorang satria yang gagah berani. Dengan
demikian, ia akan mencapai keridaan AlLâh SWT. Mengapa kami
memperbincangkan "mawar", seperti di atas. AlLâh SWT.
telah menyinggungnya dalam Al-Qur'ân, nabi-nabi telah
memakainya sebagai perlambangan yang khas, dalam nilai yang sakral.
Bahkan, para sufi secara gamblang menjadikan mawar sebagai
bunga spiritual yang dapat menghadirkan keselamatan jiwa setiap insan.
Sebelum mengakhiri tulisan kedua ini, penulis ingin menegaskan
sekali lagi, mengapa mawar menduduki sifat maskulin? Karena
AlLâh sendiri yang telah mendudukinya dalam sifat tersebut,
dengan mengatakan;
"Maka apabila langit terbelah dan menjadi mawar merah
yang berkilau. Langit melambangkan sifat maskulin alam semesta,
dan bumi melambangkan sifat feminin alam raya.
Wahai engkau, hidupkanlah dihatimu sekuntum mawar merah
yang harum, dan menggairahkan jiwa spiritual ke arah
pengenalan Tuhan semesta alam, sebagai rahasia dirimu semata.
Oleh Habîb Raîs Ridjâly bin Hâsjim bin Thâhir A.Q.
No comments:
Post a Comment