Obyek Tafakur
Prinsipnya, tafakur harus dilakukan sesuai dengan
kapasitas akal yang terbatas. Akal tidak bisa menjangkau
hal-hal yang tidak bisa disentuh panca indera. Karenanya,
Rasulullah melarang menafakuri wujud dan bentuk Allah.
Sabdanya, Berpikirlah kamu akan ciptaan-ciptaan Allah,
dan jangan kamu berpikir tentang Dzat Allah.
(HR Ath Thabrani)
Imam Al Ghazali menjelaskan, ciptaan Allah terbagi dua.
Yaitu ciptaan yang tidak diketahui wujudnya, ini tidak
mungkin ditafakuri. Serta ciptaan yang diketahui asal
dan jumlahnya, namun tidak diketahui secara rinci,
untuk mengetahuinya kita harus berpikir. Inilah obyek
tafakur yang sempurna.
Dua di antara obyek tafakur yang sempurna adalah,
pertama, alam semesta. Obyek ini meliputi, langit dengan
semua yang ada di dalamnya seperti matahari, bintang dsb.
Juga bumi dengan semua yang ada di dalamnya seperti
gunung, hewan, tumbuhan dsb. Serta semua fenomena
yang terjadi di dalamnya seperti proses terjadinya hujan, dsb.
Obyek ini disebutkan dalam banyak ayat. Di antaranya,
Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan
gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan
padanya semua buah-buahan berpasangan. Allah menutupkan
malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan. (QS Ar Ra'd [13]: 3).
Kedua, manusia. Allah SWT berfirman, Dan mengapa mereka
tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?
(QS Ar Rum [30]: 8).
Dalam diri manusia terdapat banyak hal yang bisa ditafakuri.
Dari susunan tubuhnya hingga organ-organ tubuh
yang menakjubkan.
Karena obyeknya begitu luas, maka untuk manafakurinya
tidak dibatasi ruang dan waktu. Tidak salah kalau
Malik Badri menyebut tafakur sebagai
ibadah bebas tidak kenal batas. Wallaahu a'lam.
No comments:
Post a Comment