11 October 2006

Bunga MAWAR


Bunga Mawar

Dalam Pandangan Spiritual
"Maka apabila langit telah terbelah
dan menjadi Mawar Merah yang berkilauan"
(Ar-Rahman: 37)

Lâ tahtun bilâ fauqin walâ fauqin bilâ tahtin

Wa baina humâ bilâ qaibi

Hu AlLâh AlLâh AlLâh
Tiada bawah dengan tanpa atas,
tiada atas dengan tanpa bawah
Dan di antara keduanya dengan tanpa qaib

Dialah AlLâh AlLâh AlLâh

Mawar telah menjadi puncak perlambangan spiritual bagi
hampir semua sufi dan para wali AlLâh, khususnya
Shâhibul Mawar, Tuan Syech ´Abdul Qâdir al-Jailâni ra.
Dalam ceriteranya, suatu saat, Syech Abdul Qâdir al-Jailâni ra.
berjalan hendak memasuki kota Bagdad di dalam masa
perpindahannya, maka saat baru sampai di perbatasan
kota Bagdad, ia telah didatangi oleh utusan para wali dari
kota Bagdad (yang juga seorang wali besar saat itu).
Setelah berjumpa, utusan wali berkata; "Wahai Abdul Qâdir
al-Jailâni, engkau tidak mempunyai tempat di kota Bagdad,
karena kota Bagdad telah di penuhi oleh para wali AlLâh
semuanya, seraya menunjukkan gelas yang telah di isi air
bening memenuhi gelas tersebut dan ia pun berkata;
seperti inilah kota Bagdad itu, gelas adalah kota Bagdad,
sedangkan airnya itu adalah para wali Allah. Maka dengan cepat
Syech Abdul Qâdir al-Jailâni ra. mengambil satu kuntum Mawar
dari langit yang begitu tinggi-tentu dengan ijin AlLâh SWT-dan
beliau letakkan di tengah air di dalam gelas itu, sambil berkata;
Aku adalah Mawar di antara para wali-wali-Nya, maka pada
saat itu pula, wali utusan tersebut bersujud dan minta ampun
kepada AlLâh SWT atas kesombongannya dan mempersilahkan
tuan Syech Abdul Qâdir al-Jailâni ra. memasuki kota Bagdad
dengan sambutan yang meriah dari para wali.

Bunga Mawar suatu perlambangan maskulin yang sangat
menggairahkan setiap jiwa feminisme. Mayoritas orang,
selama ini, telah salah meletakkan perlambangan suatu bunga/
mawar pada tempat yang seharusnya bunga itu
memperlambangkannya. Bunga/ bunga Mawar telah
diperlambangkan sebagai bentuk perlambangan seorang wanita/
feminisme. Padahal sesungguhnya Bunga/bunga Mawar itu
telah menduduki perlambangan bentuk maskulin/ bentuk kelakian.
Sehingga yang selama ini kita memakai kata julukan
"Kembang Desa" kepada seorang wanita yang cantik jelita,
adalah sangat keliru sekali, seharusnya "Kembang Desa" itu adalah
perlambangan bagi seorang "Pemuda Desa" yang tampan rupawan,
lagi baik akhlaq dan santun peranginya .

Mengapa dikatakan kembang/ bunga, dan khususnya
bunga Mawar ialah perlambangan maskulinisme. Karena
dilihat dari sudut penggunaannya, bunga/ bunga Mawar sangat
disukai oleh para feminin. Segala sesuatu yang disukai oleh wanita,
hakikatnya bersifat maskulin, dan bila seseorang wanita menyukai
sesuatu yang bersifat feminin, maka ia akan tergolong
tidak normal (lesbi). Sedangkan, dilihat daripada tempat untuk
penempatannya, maka sekuntum bunga itu membutuhkan
vas/ pot yang memperlambangkan bentuk feminin. AlLâh SWT.
telah menjadikan segala sesauatu ber pasang-pasangan, begitu juga
pada bentuk rasa suka; antara dua sifat yang berbeda.

Bunga Mawar, lambang raja diraja seluruh bunga. Kalaulah
di antara para bunga ada walinya, maka pastilah AlLâh SWT.
telah menjadikan bunga Mawar sebagai qutubnya seluruh bunga.
Ia betul-betul telah menjadi suatu perlambangan, manifestasi
pencapaian ketinggian spiritual seorang sebagai insân kâmil.

Dari negeri spiritual Timur, bunga Mawar sangat dikenal dan
telah menjadi inspirasi bagi kebanyakan penyair Persia, Arab
dan penyair-penyair dari belahan dunia Barat. Syair mereka
banyak berbicara tentang kemulian dan ketinggian perlambangan
bunga Mawar. Seperti halnya, Jalâluddîn Rûmi, Syamsudin Tabariz,
Ibnu 'Arabi dan khususnya Syech Abdul Qâdir al-Jailâni ra.
Bahkan, AlLâh SWT.telah memperlambangkannya dalam
Al-Qur'an (Surat Ar-Rahmân:37); AlLâh SWT. menjadikannya
sebagai perlambangan suatu kehendak AlLâh SWT. yang
mengambarkan Kekuasaan-Nya.Bunga Mawar, akhir-akhir ini,
telah dijadikan syair lagu yang
cukup menggairahkan jiwa kerinduan , yang mana hal tersebut
dapat dijadikan sebagai pembangkit gairah spiritual, yang harus
terus kita hidupkan di dalam diri kita sepanjang zaman.
Sebagian sufi, bila mendengar kata Mawar disebut, maka ia
mencapai suatu ekstase yang menggairahkan ketundukan
kepada AlLâh SWT. Bait syair yang pernah dinyanyikan oleh
istri seniman sufi, Emha Ainun Najib;

Ingin hati memetik bunganya ,

Kan kujadikan sebagai hiasan
Oh bunga Mawar
harum nan rupawan ,
Perhiasan putri kahyangan.

Dalam wahyu ilâhi, AlLâh SWT. memberikan banyak sekali
amtsâl, agar orang yang berakal dapat memikirkannya dengan
baik. Semua ini tidak lain bermaksud, supaya orang-orang
yang bodoh tidak mudah mencemoohkannya.
Sesungguhnya AlLâh SWT. Maha Kuasa dan Berkuasa
atas segala sesuatu.
Maka ni´mat Tuhan manakah yang kamu dustakan.


Oleh Habîb Raîs Ridjâly bin Hâsjim bin Thâhir A.Q.

No comments: