09 December 2006

Melalui Pintu-Nya

Rasulullah mengatakan,

Syariat adalah ucapanku,

thariqat adalah perbuatanku, dan

haqiqat adalah keadaanku.


Seseorang yang belum mampu sampai kepada haqiqat dapat
dikatakan sebagai orang-orang yang masih dalam keadaan lalai
(QS 16 : 108). Yaitu orang-orang yang masih tertutup hati,
pendengaran dan pandangan mereka. Meskipun segala sesuatu
atau segala informasi telah sampai kepada mereka; didengar,
dilihat dan dirasakan atau dibenarkan oleh hati mereka,
tetapi belum cukup untuk menghantarkan mereka untuk
memahami haqiqatnya, dengan demikian keadaan merekapun
belum sampai sebagaimana yang dikatakan Rasulullah,

haqiqat adalah keadaanku. Seseorang yang menenggelamkan
dirinya dalam upaya ketaatan dan berzikir kepada Allah atas
keimanannya kepada Allah, tidak akan sampai pada derajat ridho
dan diridhoi Allah selama dihatinya masih menyimpan
kesombongan sekecil apapun. Iblis adalah contoh paling jelas
dalam hal ini.

Para Nabi, Imam, dan Wali, adalah mereka yang telah
mencapai keadaan haqiqat. Mereka telah mengenal Allah
lewat penyaksian hati (kasyf ). Dan mereka tahu betul jalan
untuk dapat sampai kepada Allah, dan juga mengerti betul
penghalang serta tipu daya setan yang dapat menggagalkan
perjalanan untuk sampai kepada Allah. Itulah mengapa
mereka mengemban tugas sebagai pemberi petunjuk atau
pembimbing manusia kepada jalan keselamatan.

Dan manusia dalam keadaannya yang lalai, meraba dalam
kegelapan, dan rentan terhadap tipu daya setan, pasti
memerlukan pembimbing untuk menghantarkan mereka
menuju haqiqat. Tanpa seorang pembimbing, manusia
terperdaya oleh setan yang mengepungnya dari segala penjuru.

Karena memang pekerjaan setan adalah menyesatkan umat
manusia. Dan sudah menjadi kehendak Allah bahwa
manusia harus berupaya mencari jalan (wasilah) agar dapat
dekat kepada Allah.

Nabi mengatakan, Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah
pintunya. Nabi Muhammad saw. adalah manusia sempurna
yang telah mencapai keadaan haqiqat. Beliau mengibaratkan
dirinya sebagai kota ilmu dan bagi umat manusia yang ingin
menuju dan masuk ke dalam kota ilmu tersebut dan ini
berarti ingin sampai kepada keadaan haqiqat dan membebaskan
diri dari kelalaiannya- tidak bisa tidak, harus masuk melalui
pintu masuk kota tersebut, dan dialah Ali bin Abi Thalib.

Sepeninggal Nabi, yang mewariskan Kitab yang dibawanya,
ucapan dan sunahnya, yang menghantarkan kaum muslimin
kepada keselamatan dan ridho Allah, umat manusia harus
mencari jalan selapis demi selapis, rangkaian pintu demi pintu
yang terhubung ke pintu masuk kota ilmu tersebut. Pintu masuk
tersebut adalah perwujudan nyata perintah Ilahi dalam sosok
seseorang yang telah sampai kepada keadaan haqiqat pula,
karena dialah sang pemberi petunjuk atau pembimbing
sebagaimana yang diisyaratkan di dalam al-Quran. Dan
inilah hakikat dari kalam Ilahi, Hai orang-orang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan (wasilah ) yang
mendekatkan diri kepadaNya


Salam Bahagia:)
Nur Khabib

06 December 2006

Pintu Mahabbatulloh


Mahabbatullah sebanding dengan seberapa jauh kita
mengenal Allah. Imam Ghazali berpendapat bahwa
terdapat 2 jenis orang yang jatuh cinta kepada Allah
karena sudah mengenal-Nya. Kecintaan mereka kepada
Allah sangat kokoh, tidak tergoyahkan dan tidak dapat
dibandingkan. Orang-orang yang termasuk golongan
Al-Aqwiyah ini, adalah para Nabi dan Rasul utusan
Allah. Yang kedua, adalah Al- Dhua’fa. Orang-orang
lemah yang baru jatuh cinta kepada Allah setelah
berusaha untuk belajar mencintai-Nya.
 
Jika mahabbatullah sebuah rumah, ada pintu untuk
memasukinya, yaitu Rasulullah saw. Karena beliau
adalah orang yang paling mencinta Allah mengenal dan
mengetahui tentang Allah. “A’rafankum billah ana” di
antara kalian akulah orang yang paling tahu tentang
Allah,” begitu kata Rasulullah saw.
 
Mahabbatulah tidak mungkin diraih jika kita tidak
mengetahui, dan tidak mengenal Allah. Untuk
mengenal-Nya Allah memberikan petunjuk-Nya:
“Katakanlah! Hai Muhammad, jika kalian mencintai Allah
maka ikutlah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian
dan mengampuni dosa-dosa kalian.” ( QS.33:21)
 
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah saw. suri
teladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi orang yang
mengharapkan rahmat Allah.” ( QS.33:21 )
 
Mencintai Rasulullah saw. melampaui pengertian biasa.
Mencintai beliau pada hakikatnya mencintai risalah
yang dibawanya. Meneladani amal-amal yang sangat
dicintainya. Melaksanakan shalat malam dan menyayangi
fakir miskin adalah contoh amal yang sangat dicintai
Rasulullah, banyak hadits yang menerangkan bahwa
kedua amal saleh itu merupakan jalan tercepat bagi
seorang hamba untuk menemui Tuhannya. Barangsiapa
menghendaki perjumpaan dengan Tuhannya hendaklah ia
beramal salih dan jangan menyekutukan-Nya dengan
sesuatu pun dalam beribadah kepada-Nya. (QS.18:11)

Salam Bahagia:)

Nur Khabib