17 September 2006

Tujuh Jiwa Sholat

Ada tujuh tingkatan jiwa, tujuh posisi dalam shalat,
tujuh ayat dalam Surah Al-Fatihah, dan tujuh tingkatan
pengetahuan, yang semuanya berjalin saling
berkaitan dengan sangat indah. Lewat shalat, manusia
menyempurnakan jiwanya selapis demi selapis,
sebagaimana diisyaratkan di bawah ini.

  1. Jiwa yang memerintah. al-nafs al-ammãrah :

Al-Quran menyebut jiwa ini, "

... Sungguh, jiwa (manusia) menyuruh berbuat kejahatan ...
" (QS Yusuf [12]:53).

Jiwa ini ini ada dalam alam indera dan dikuasai oleh berbagai
hasrat dan keinginan dunia rendah. Perjuangan dalam
tahap-tahap awal Perjalanan Spiritual adalah
melawan al-nafs al-ammãrah. Al-nafs al-ammãrah adalah
islam tahap pertama, serupa dengan posisi berdiri (qiyam)
dalam shalat. al-nafs al-ammãrah berarti tahapan jiwa
melakukan perjalanan menuju Allah.

  1. Jiwa yang mencela. al-nafs al-lawwãmah :

Al-Quran menyebut jiwa ini,

"Dan Aku bersumpah demi jiwa yang mencela"
(QS Al-Qiyamah [75] : 2).

Jiwa ini menyadari dan mengetahui berbagai
kekurangannya. Perjalanan yang ditempuhnya adalah
demi Allah. al-nafs al-lawwãmah adalah anak tangga kedua
(iman) dalam tangga pengetahuan, serupa dengan
posisi rukuk dalam shalat. al-nafs al-lawwãmah telah
dipasang atas diri kaum sufi agung, untuk menjaga mereka
dari sikap membangga-banggakan diri.

  1. Jiwa yang terilhami. al-nafs al-mulhammah :

Al-Quran menyebut jiwa ini,

"Demi jiwa dan penyempurnaan-nya. Maka Dia
mengilhamkan kepada jiwa itu ..." (QS Al-Syams [91] : 7-8).

Jiwa ini menjauhkan manusia dari kejahatan dan
mampu melihat sarana yang akan mengantarkannya
menuju Kebahagiaan. Ia melakukan perjalanan di bawah
pengawasan Allah. al-nafs al-mulhammah adalah
anak tangga ketiga (ihsan) dalam tangga pengetahuan,
serupa dengan posisi berdiri kedua (itidal) dalam shalat.

  1. Jiwa yang tenang. al-nafs al-muthmainnah :

Al-Quran menyebut jiwa ini,

"Wahai jiwa yang tenang" (QS Al-Fajr [89] : 27).

Jiwa ini tenang karena beristirahat dalam keyakinan
terhadap Allah. Ia telah dipadukan kembali dengan Ruh.
al-nafs al-muthmainnah
melakukan perjalanan bersama
Allah. Ia adalah anak tangga ke-empat ("ilm al-yaqin)
dalam tangga pengetahuan, serupa dengan sujud (sajdah)
pertama dalam shalat.

  1. Jiwa yang ridha. al-nafs al-rãdhiyyah :

Al-Quran menyebut jiwa ini,

"Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha ..."
(QS Al-Fajr [89] : 28).

Jiwa ini ridha dengan dirinya sendiri karena keseimbangan
harmonis dari berbagai karakter mulianya. Jiwa ini
hilang dalam Allah dan melakukan perjalanannya di dalam
Allah. al-nafs al-rãdhiyyah adalah anak tangga ke-lima
("ayn al-yaqin) dalam tangga pengetahuan, serupa dengan
posisi duduk (jalsah) pertama dalam shalat.

  1. Jiwa yang diridhai Allah. al-nafs al-mardhiyyah :

Al-Quran menyebut jiwa ini, "

.. dan diridhai-Nya" (QS Al-Fajr [89] : 28).

Jiwa ini mengalami kebingungan dalam melakukan
perjalanan dari Allah. Kebingungan disini adalah keadaan
jiwa yang mengalami keadaan yang tidak pernah dialami
sebelumnya, yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.
al-nafs al-mardhiyyah
adalah anak tangga ke-enam
(haqq al-yaqin) dalam tangga pengetahuan, serupa dengan
posisi sujud (sajdah) kedua dalam shalat.

  1. Jiwa paripurna. al-nafs al-kãmilah :

Al-Quran menyebut jiwa ini,

"Masuklah dalam golongan hamba-hambaKu dan masuklah
dalam surgaKu". (QS Al-Fajr [89] : 29-30).

Inilah tahap terakhir (ke-tujuh) dalam perkembangan jiwa
menuju sang Jiwa (isbath al-yaqin), Inilah tahap Islam hakiki
ketika sang hamba terus menerus melakukan perjalanan
bersama Allah. al-nafs al-kãmilah serupa dengan posisi
duduk (jalsah) kedua dalam shalat.
al-nafs al-kãmilah dicapai dengan Rahmat Allah. (

Uraian mengenai tujuh gerakan dalam shalat di atas
menunjukkan tujuh tahap perjalanan jiwa manusia dalam
mencapai kesempurnaannya. Agar manusia dapat
menghambakan dirinya secara benar dan mampu secara
sempurna menjalankan perannya sebagai penabur rahmat
bagi semesta alam, maka Allah memberikan "kunci" bagi
setiap jiwa agar dapat berhubungan dengan-Nya
secara benar, sehingga dapat menghantarkannya kepada
keselamatan dan ridha Allah. Jika setiap muslim berupaya
mengerahkan segala daya dan kemampuannya dalam
menghadapkan dan membawa jiwa dan hatinya kepada Allah,
sebagaimana dalam makna-makna gerakan shalat di atas,
maka ia akan selalu melahirkan perilaku, sikap dan tutur
kata yang memancarkan sifat-sifat Kesucian, Keagungan
dan Kasih Sayang Allah. Dengan demikian dia termasuk
orang-orang yang benar-benar menegakkan shalat dan
bukan termasuk ke dalam kategori orang-orang yang
"lalai dalam shalatnya"
atau mereka yang dinyatakan dalam
Al-Quran, "Shalat mereka di sekitar Baitullah hanyalah siulan
dan tepuk tangan belaka ... ".

(Sungguh engkau berada dalam kelalaian tentang ini.
Maka Kami bukakan/hilangkan darimu apa yang menutupimu,
maka penglihatanmu
hari ini sangat tajam ) QS. Qaaf (50) : 22

Semoga Bermanfaat

No comments: