09 September 2006

Wajah Bercahaya


Wajah-Wajah Yang Bercahaya
Bagaimanakah ciri-ciri orang yang bakal masuk Surga
atau masukNeraka? Salah satunya digambarkan Allah
lewat idiom cahaya. Orang-orang yang beriman dan
banyak amal salehnya, kata Allah, akan memancarkan
cahaya di wajahnya. Sebaliknya, orang-orang yang kafir
dan banyak dosanya akan 'memancarkan' kegelapan.
Hal itu dikemukakan olehNya di ayat-ayat berikut ini
QS Al Hadiid (57) : 12
"Pada hari dimana kalian melihat orang-orang beriman
laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka
memancar di hadapan dan di sebelah kanannya."
QS. Yunus (10) : 27
seakan-akan wajah mereka ditutupi oleh kepingan-
kepingan malam yang gelap gulita, mereka itulah
penghuni Neraka, mereka kekal di dalamnya.
Kenapakah orang-orang yang beriman dan banyak
pahalanya memancarkan cahaya, sedangkan yang
banyak dosa 'memancarkan' kegelapan alias
kehilangan cahaya? Ini memang rahasia yang sangat
menarik. Allah sangat sering menggunakan istilah
cahaya di dalam Al Qur’an. Dia mengatakan bahwa
Allah adalah cahaya langit dan Bumi (QS. 24:35).
Firman firmanNya juga berupa cahaya
(Qur’an QS. 4:174; Taurat QS. 5:44; Injil QS. 5:46).
Malaikat sebagai hamba-hamba utusanNya juga
terbuat dari badan cahaya. Dan pahala adalah juga
cahaya (QS. 57:19). Karena itu orang-orang yang
banyak pahalanya memancarkan cahaya di wajahnya
(QS. 57:12).
Kunci pemahamannya adalah di Al Qur’an Surat
An Nuur: 35. Di ayat itu Allah membuat perumpamaan
bahwa DzaNya bagaikan sebuah pelita besar yang
menerangi alam semesta. Pelita itu berada di dalam
sebuahlubang yang tidak tembus. Tetap di salah satu
bagian yang terbuka, ditutupi oleh tabir kaca Dari tabir
kaca itulah memancar cahaya ke seluruh penjuru dunia,
bagaikan sebuah mutiara. Pelita itu dinyalakan
dengan menggunakan minyak Zaitun yang banyak
berkahnya, yang sinarnya memancar dengan sendirinya
t
anpa disentuh api. Cahaya yang dipancarkan pelita itu
berlapis-lapis, mulai dari yang paling rendah
frekuensinya sampai yang tertinggi menuju cahaya Allah.
Ayat tersebut memberikan perumpamaan yang sangat misterius tetapi
sangat menarik. Dia mengatakan bahwa hubungan antara Allah dengan
makhlukNya adalah seperti hubungan antara Pelita (sumber cahaya)
dengan cahayanya. Artinya makhluk Allah ini sebenarnya semu saja.
Yang sesungguhnya ADA adalah DIA. Kita hanya 'pancaran atau
pantulan' saja dari eksistensiNya.
Nah, cahaya yang dipancarkan oleh Allah itu berlapis-lapis mulai dari
yang paling jelek (Kegelapan) sampai yang paling baik (Cahaya Putih
Terang). Allah telah menetapkan dalam seluruh ciptaanNya itu bahwa
Kegelapan mewakili Kejahatan dan Keburukan. Sedangkan Cahaya
Terang mewakili Kebaikan.
Maka, kalau kita ingin memperoleh kebaikan dan keberuntungan, kita
harus memperoleh cahaya terang. Dan sebaliknya kalau kita mempoleh
kegelapan berarti kita masuk ke dalam lingkaran kejahatan dan kerugian.
Yang menarik, ternyata 'cahaya' dan 'kegelapan' itu digunakan oleh Allah
di dalam firmannya sebagai ungkapan yang sesungguhnya. Misalnya
ayat-ayat yang saya kutipkan di atas. Bahwa orang-orang yang beriman,
kelak di hari kiamat, benar-benar akan memancarkan cahaya di wajahnya.
Sedangkan orang-orang kafir, justru kehilangan cahaya alias wajahnya
gelap gulita.
Dari manakah cahaya di wajah orang beriman itu muncul? Ternyata
berasal dari berbagai ibadah yang dilakukan selama ia hidup di dunia.
Setiap ibadah yang diajarkan rasulullah kepada kita selalu mengandung
dua unsur, yaitu ingat kepada Allah (dzikrullah) dan membaca
firmanNya yang berasal dari KitabNya.
Baik ketika kita membaca syahadat, melakukan shalat, mengadakan
puasa, berzakat, maupun melaksanakan ibadah haji.
Nah, dari kedua kedua unsur itulah cahaya Allah muncul. Bagaimanakah 
mekanismenya? Sebagaimana dikatakan di atas, bahwa Allah adalah
sumber cahaya langit dan Bumi. Maka ketika kita berdzikir kepada Allah,
kita sama saja dengan memproduksi getaran getaran cahaya. Asalkan
berdzikirnya khusyuk dan menggetarkan hati. Kuncinya adalah pada
'hati yang bergetar.
Hati adalah tempat terjadinya getaran yang bersumber dari kehendak jiwa. 
Ketika seseorang marah, maka hatinya akan berdegup keras. Semakin
marah ia, semakin kencang juga getarannya. Demikian pula ketika
seseorang sedang sedih, gembira, berduka, tertawa, dan lain sebagainya.
Getaran yang kasar akan dihasilkan jika kita sedang dalam keadaan
emosional. Sebaliknya getaran yang lembut akan muncul ketika kita
sedang sabar, tenteram dan damai.Ketika sedang berdzikir, hati kita akan
bergetar lembut. Hal ini dikemukan oleh Allah, bahwa orang yang
berdzikir hatinya akan tenang dan tenteram.
QS. Ar Raad (13) : 28
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah
lah hati menjadi tenteram.
Ketika seseorang dalam keadaan tenteram, getaran hatinya demikian
lembut. Amplitudonya kecil, tetapi frekuensinya sangat tinggi. Semakin
tenteram dan damai hati seseorang maka semakin tinggi pula
frekuensinya. Dan pada, suatu ketika, pada frekuensi 10 pangkat 13
sampai pangkat 15, akan menghasilkan frekuensi cahaya.
Jadi, ketika kita berdzikir menyebut nama Allah itu, tiba-tiba hati kita
bisa bercahaya. Cahaya itu muncul disebabkan terkena resonansi
kalimat dzikir yang kita baca. lbaratnya, hati kita adalah sebuah batang
besi biasa, ketika kita gesek dengan besi magnet maka ia akan berubah
menjadi besi magnetik juga. Semakin sering besi itu kita gesek maka
semakin kuat kemagnetan yang muncul daripadanya.
Demikianlah dengan hati kita. Dzikrullah itu menghasilkan getaran-
getaran gelombag elektromagnetik dengan frekuensi cahaya yang terus
menerus menggesek hati kita. Maka, hati kita pun akan memancarkan
cahaya. Kuncinya, sekali lagi, hati harus khusyuk dan tergetar oleh
bacaan itu. Bahkan, kalau sampai meneteskan air mata.
Unsur yang kedua adalah ayat-ayat Qur’an. Dengan sangat gamblang
Allah mengatakan bahwa Al Qur'an ada cahaya. Bahkan, bukan hanya
Al Qur’an, melainkan seluruh kitab-kitab yang pernah diturunkan
kepada para rasul itu mengandung cahaya.
QS. An Nisaa' (4) : 174
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari 
Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan
kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur’an).
QS. Al Maaidah (5 ) : 44
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat, di dalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya
QS  Al Maaidah (5 ) : 46
"Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil, sedang di dalamnya
ada petunjuk dan cahaya . . . "
Artinya, ketika kita membaca kalimat-kalimat Allah itu kita juga sedang 
mengucapkan getaran-getaran cahaya yang meresonansi hati kita.
Asalkan kita membacanya dengan pengertian dan pemahaman. Kuncinya,
hati sampai bergetar. Jika tidak mengetarkan hati, maka proses dzikir
atau baca Al Qur’an itu tidak memberikan efek apa-apa kepada jiwa kita.
Yang demikian itu tidak akan menghasilkan cahaya di hati kita.
Apakah perlunya menghasilkan cahaya di hati kita lewat kegiatan dzikir, 
shalat dan ibadah-ibadah lainnya itu? Supaya, pancaran cahaya di hati kita
mengimbas ke seluruh bio elektron di tubuh kita. Ketika cahaya tersebut
mengimbas ke miliaran bio elektron di tubuh kita, maka tiba-tiba badan kita
akan memancarkan cahaya tipis yang disebut 'Aura'. Termasuk akan
terpancar di wajah kita.
Cahaya itulah yang terlihat di wajah orang-orang beriman pada hari
kiamat nanti. Aura yang muncul akibat praktek peribadatan yang panjang
selama hidupnya, dalam kekhusyukan yang sangat intens. Maka Allah
menyejajarkan atau bahkan menyamakan antara pahala dan cahaya,
sebagaimana firman berikut ini.
QS. Al Hadiid (57) : 19
bagi mereka pahala dan cahaya mereka
Dan ternyata cahaya itu dibutuhkan agar kita tidak tersesat di Akhirat
nanti. Orang-orang yang memililki cahaya tersebut dapat berjalan dengan
mudah, serta memperoleh petunjuk dan ampunan Allah. Akan tetapi
orang-orang yang tidak memiliki cahaya, kebingungan dan berusaha
mendapatkan cahaya untuk menerangi jalannya.
QS. Al Hadiid (57) : 28
dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat
berjalan dan Dia mengampuni kamu.
QS. Al Hadiid (57) 13
"Pada hati ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata
kepada orang-orang yang beriman : "Tunggulah kami, supaya kami bisa
mengambil cahayamu." Dikatakan (kepada mereka): "Kembalilah kamu
ke belakang, dan carilah sendiri cahaya (untukmu). "Lalu diadakanlah
di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya
ada rahmat dan di sebelah luarnya ada siksa."
QS. Ali lmraan (3) : 106 - 107
"Pada hari yang di waktu itu ada muka yang menjadi putih berseri dan
ada Pula yang menjadi hitam muram. 'Ada pun orang-orang yang hitam
muram mukanya, (dikatakan kepada mereka) : kenapa kamu kafir
sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan
kekafiranmu itu.

"Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada
di dalam rahmat Allah, mereka kekal di dalamnya.
Jadi, selain wajah yang memancarkan cahaya, Allah juga memberikan
informasi tentang orang-orang kafir yang berwajah hitam muram.
Bahkan di QS. 10 : 27 dikatakan Allah, wajah mereka gelap gulita seperti
tertutup oleh potongan- potongan malam.
Dalam konteks ini memang bisa dimengerti bahwa orang -orang kafir
yang tidak pernah beribadah kepada Allah itu wajahnya tidak
memancarkan aura. Sebab hatinya memang tidak pernah bergetar
lembut. Yang ada ialah getaran-getaran kasar.
Semakin kasar getaran hati seseorang, maka semakin rendah pula
frekuensi yang dihasilkan. Dan semakin rendah frekuensi itu, maka
ia tidak bisa menghasilkan cahaya.
Bahkan kata Allah, di dalam berbagai firmanNya, hati yang semakin
jelek adalah hati yang semakin keras, tidak bisa bergetar. Seperti
yang pernah saya singgung sebelumnya, tingkatan hati yang jelek itu
ada 5, yaitu :
1. Hati yang berpenyakit (suka bohong, menipu, marah, dendam, iri,
dengki disb),
2. Hati yang mengeras.
3. hati yang membatu.
4. Hati yang tertutup. dan
5. Hati yang dikunci mati oleh Allah.
Maka, semakin kafir seseorang, ia akan semakin keras hatinya.
Dan akhirnya tidak bisa bergetar lagi, dikunci mati oleh Allah.
Naudzu billahi min dzalik. Hati yang:seperti itulah yang tidak bisa
memancarkan aura. Wajah mereka gelap dan muram.
QS. Az Zumaar (39) : 60
"Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat
dusta kepada Allah, mukanya menjadi hitam."
QS. Al An’am (6) : 39
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak,
bisu dan berada dalam gelap gulita
Seperti yang telah saya kemukakan di depan, bahwa ternyata kegelapan
itu ada kaitannya dengan kemampuan indera seseorang ketika
dibangkitkan. Di sini kelihatan bahwa orang-orang kafir itu dibangkitkan
dalam keadaan tuli, bisu, buta, dan sekaligus berada di dalam kegelapan.
Sehingga mereka kebingungan. Dan kalau kita simpulkan semua itu
disebabkan oleh hati mereka yang tertutup dari petunjuk-petunjuk
Allah swt.
QS. Al Hajj (22) : 8
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang
Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab yang
bercahaya."
QS. Al Maa’idah (5 ) : 16
dan (dengan kitab itu) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari
gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizinNya.
QS. Al A’raaf (7) : 157
dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya
(Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.
QS. An Nuur (24) : 40
dan barangsiapa tidak diberi cahaya oleh Allah, tidaklah ia memiliki
cahaya sedikit pun.
QS. At Tahriim (66) : 8
"Hai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah, dengan
taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan
menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam
Surga yang mengalir di bawah nya sungai-sungai, pada hari ketika
Allah tidak menghinakan para nabi dan orang-orang beriman yang
bersama dengan dia, sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan
di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan : Ya Tuhan kami,
sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, dan ampunilah kami,
sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
 

Salam Bahagia

Nur Khabib

No comments: