Dialog aku dan Aku
DIALOG “aku” DAN “AKU”
Tubuhku adalah penjaraku
Hewan adalah sifat dan nafsuku
Pikiran adalah kesombonganku
Otak adalah kebodohanku
Hati adalah kelemahanku
Binatang menjadi kawanku
Benda-benda menjadi pujaanku
Kekuasaan menjadi jalanku
Ketamakan adalah tubuhku
Lalu kesementaraan menjadi kelalaianku
Di sana tiada kutemui kesejatian
Di sana tak kutemui keagungan dan kesucian
Di sana aku senantiasa bertemu dengan kegelapan
Karena itulah aku memilih “Hijrah”
“Selamat” adalah agamaku
Kehidupan adalah bacaanku
Seluruh Kitab Suci adalah pelajaranku
Seluruh Nabi dan Rasul adalah guruku
Dan Tuhan adalah kekasihku
Langit adalah rumahku
Cahaya adalah kendaraanku
Mutiara adalah jejakku
Wangi-wangian adalah nafasku
Akal menjadi pembimbingku
“AKU BERKATA PADA TUBUHKU,
AKU BERSABDA KEPADA MAKAMKU,
AKU BERCERITA KEPADA DIRI
TENTANG KESEJATIAN KARENA IA BODOH
DAN TIADA PERNAH MEMAHAMI TUHANNYA”
Wahai tubuh,
AKU tiada mengikuti agama apapun di muka Bumi ini,
sebab AKU selalu bersama-NYA.
Engkaulah yang harus belajar dari agama,
karena sesungguhnya engkau tiada terkendali.
Wahai tubuh,
Sifat hewanimu membuatku tak henti berpikir,
sesungguhnya apa yang menjadi tujuanmu?
Apakah karena kelemahanmu
sehingga engkau begitu tamak?
Apakah karena keburukanmu
sehingga engkau begitu ingin berkuasa?
Apakah karena kesementaraanmu
sehingga kau puaskan birahi?
Wahai tubuh, itu semua tidak akan menyempurnakanmu,
sebab kau berasal dari jenis hewan
yang terbaik di muka Bumi ini.
Wahai tubuh,
Berpalinglah sejenak kepadaku.
Lihatlah kesempurnaanku.
Sebab aku berasal dari hembusan nafas Ruh Tuhanku,
sedang engkau berasal dari segumpal tanah di Surga.
Wahai tubuh,
Sesungguhnya setiap jengkal tanah di Surga
telah kujadikan tempat bersujud.
Sedang engkau hanyalah menjadi alasku.
Tidakkah kau ingat kejadian itu?
Atau sengaja kau lupakan?
Wahai tubuh,
Lihatlah aku yang bermahkota akal.
Lihatlah aku yang bersinggasana keimanan.
Lihatlah kerajaan cahayaku yang agung.
Lihatlah, dari sini aku bisa menatap Tuhan.
Wahai tubuh,
Aku adalah apa adanya,
tiada kekurangan dan tiada kelebihan.
Itulah sesungguhnya arti “kesempurnaan”.
Seperti saat Tuhan
menciptakan kita dalam ketelanjangan kahikat.
Wahai tubuh,
Kau sibukan dirimu dengan berdandan.
Kau lelahkan dirimu dengan berhias.
Kau tenggelamkan dirimu dalam
lautan duniawi yang tiada abadi.
Wahai tubuh,
Lihatlah, dirimu semakin tua dan rapuh
Lihatlah, dirimu tiada berdaya melawan ruang dan waktu
Lihatlah, dirimu direndahkan oleh benda-benda
yang kalian ciptakan sendiri
Lihatlah, dirimu dihempaskan oleh nilai materi
yang kalian buat sendiri
Kau merasakan haus dan lapar
Kau merasakan kesakitan dan kepedihan
Kau merasakan birahi yang menggejolak
Kau merasakan ketakutan dan kekhawatiran
Kau berharap kekuasaan
dalam ketertindasan dan keterbatasan
Wahai tubuh, kau sedang menuju kehancuran
Tidakkah kau lihat itu? Ataukah kau telah buta.
Wahai Tubuh,
Engkau adalah ujung terjauh dari Aku
Engkau adalah bagian yang paling akhir dari Aku
Engkau adalah bagian yang paling rendah dari Aku
Engkau hanyalah simbol dari keberadaanku.
Wahai tubuh,
Engkau adalah tempat persinggahanku
untuk sementara waktu,
karena kelak aku harus kembali kepada-NYA
Bersyukurlah,
karena DIA mengijinkanku untuk menempatimu
Jika kau menolak untuk aku singgahi,
maka tiada beda engkau dengan Iblis yang dilaknat Allah
Sadarlah, karena tanpa kehadiranku
sesungguhnya engkau tidak pernah ada
Bersabarlah, karena akan tiba waktunya kita berpisah
Dan selesailah tugasmu mengantarkan aku ke ujung waktu.
Engkau adalah pakaianku, maka berriaslah untukku,
dan bukan untuk nafsu dan kebodohanmu
Engkau adalah sahabat dekat yang berbeda sifat.
Bila tiba waktuku, engkau akan aku campakan terkubur Bumi
Bisakah engkau mengerti maksudku?
Wahai tubuh,
Engkau hanya mampu mencapai surga dunia yang sementara,
sedang perjalananku hingga mencapai hakekat surga.
Surga yang tak pernah terlintas dalam benakmu
dan tak pernah terbersit dalam hatimu
Engkau tidak akan pernah menghadap Tuhan
Akulah yang kelak berhadapan dengan-NYA
Sesungguhnya DIA memuliakanmu,
namun engkau telah membutakan diri
sehingga kemuliaan itu tiada nampak padamu.
Kau telah berhias diri secara berlebihan
sehingga perhiasan sejati terlupakan olehmu.
Wahai tubuh engkau telah lupa diri, lupa mula kesejatianmu.
Wahai tubuh,
Tahukah kau, bahwa hidupmu hanya tinggal
beberapa putaran waktu Bumi
Tahukah kau, bahwa kenikmatan yang kau rasakan
hanyalah sepenggal waktu Bumi
Tahukah kau, bahwa kekuasaan yang kau idamkan itu
hanya menunggu jatuhnya waktu
Seperti tubuhmu yang tiada kekal.
Wahai tubuh,
Aku adalah kesejatian,
mahluk suci yang tiada kekurangan dan tiada kelebihan
Aku tiada pernah tua dan tiada pernah rapuh
Aku adalah hakekat penciptaan
Akulah hakekat atas kesejatian diri
Akulah kesejatian diri atas penciptaan-NYA
Ruang dan waktu tak dapat menghalangi perjalananku
untuk mencari dan bertemu dengan-NYA
Aku adalah aku yang apa adanya
Akulah detak kehidupan abadi
Wahai tubuh,
Maka, tunduklah, bersimpuhlah dihadapanku
Akan aku hantarkan sujudmu kepada Tuhanku
Maka, terbukalah berjuta pintu surga,
dan hamparan mutiara kehidupan akan kau dapatkan.
Wahai tubuh, genggamlah hakekat diri dan lepaskanlah
segala perhiasan duniawi yang memberatkan langkahmu.
Seperti Ibrahim Alaihisalam Nabiyullah,
seperti Isa Rasulullah, seperti Muhammad Rasulullah
Wahai tubuh,
Engkau lelah berjalan di muka bumi untuk mencari sesuatu
yang tidak engkau ketahui, sesuatu yang tiada pasti.
Wahai tubuh kendaraanku yang kian hari kian tua dan rusak.
Wahai tubuh,
Ketahuilah, bahwa akupun hanya sebatas simbol
dari “Aku-Aku” yang lain. Maka tiada pantas
engkau menyombongkan diri hingga
melupakan hakekat penciptaan.
Tubuh dengarlah,
Sebelum segala sesuatu yang ada diciptakan oleh Sang Khaliq,
terlebih dahulu DIA menciptakan “Nur Muhammad”,
yaitu sebuah ‘Cahaya’ yang bernama Muhammad,
yaitu Hakekat Akal, yaitu Kesejatian Akal, yaitu Kesejatian
dan Hakekat Penciptaan,
“Nur Muhammad” adalah dia yang menjadi hakekat mahluk.
Maka, jangan kau pertanyakan tentang nama itu.
Karena, hanya DIA yang Maha Tahu akan segala rahasia.
Lalu, begitulah sebutan tersebut sesuai dengan kejadiannya.
Dan itulah rahasia besar di antara Khaliq dan Mahluknya.
Di antara keduanya terdapat perjanjian agung
yang tiada satupun mahluk kedua yang mengetahuinya,
begitu pula dengan Jibril Alaihisalam dan malaikat yang lainnya.
Bahkan rahasia itu tidak pula diketahui oleh wujud Nurnya.
Wahai tubuh,
Maka pahamilah, sesungguhnya “Muhammad” itu
bukanlah tubuh manusia seperti yang engkau bayangkan.
Ia adalah kesejatian yang hakekat, ia adalah ‘cahaya’
yang singgah disetiap tubuh yang mampu menjaga
hakekat penciptaan mahluk hingga kepuncak yang tertinggi.
Tubuh-tubuh manusia itu hanyalah wadah yang
bernama Adam, bernama Ibrahim, bernama Daud,
bernama Isa, hingga tubuh persinggahan terakhir
yang bernama “Ahmad bin Abdullah”.
Wahai tubuh,
Maka, “Nur Muhammad” itu sesungguhnya telah menyinggahi
seluruh tubuh Nabi dan Rasul yang pernah ada di muka Bumi.
Dan Nur Muhammad itulah yang dimaksud dengan
utusan suci dan agung.
Wahai tubuh,
Adakah kau miliki kesucian dan keindahan yang tiada terbatas itu?
Adakah kau miliki keabadian itu?
Adakah kau pernah berdampingan dengan NYA?
Hari ke hari kau hanya berhias diri mencoba
menutupi segala kekurangan ragawimu.
Kembali dan pandangilah aku hingga kau temukan jati dirimu.
Tubuh, bersabar dan bertawaqal adalah bagianmu.
Wahai tubuh,
Kini telah datang waktunya manusia terpecah belah
karena pikiran mereka yang bodoh dan sempit.
Manusia saling memburukkan antar sesamanya
sambil mereka berenang dalam lautan kegelapan dan kebodohan.
Tanyakan kepada mereka, “Siapa Tuhanmu?”
dan mereka akan menjawab dengan pikirannya,
dan tidak dengan hatinya.
Maka, sejuta manusia akan melahirkan sejuta Tuhan
yang tiada kepastian.
Agama telah rentas terpecah hingga beragam bentuk,
dengan beragam fatwa, dengan beragam aturan,
dengan bermacam pemimpinnya. Sambil semua mengatakan
“Inilah sesungguhnya agama yang paling benar…!”.
Begitulah kata mereka dalam kepentingannya
sambil melupakan hakekat dan kesejatian penciptaan.
Wahai tubuh,
Tentu engkau merasa gundah dalam kebingungan
yang memuncak sambil bertanya,
“Yang manakah agama yang benar?
Kemanakah aku harus melangkah?
Siapakah yang pantas menjadi junjungan?”
Kebingungan itu tiada pernah henti
hingga tubuhmu hancur bersatu dengan Bumi.
Wahai tubuh,
Sesungguhnya engkau telah terjebak
dalam pemahaman agama yang dibuat oleh manusia.
Dan kini mereka hidup berkelompok-kelompok
sambil mengatakan dirinya berbeda dan paling benar.
Sesungguhnya Allah tidak pernah membeda-bedakan agama.
Berdasarkan kejadiannya, Allah menurunkan agama
secara berkelanjutan melalui perbedaan waktu dan kejadiannya
dan bukan dalam perbedaan seperti sangkaanmu.
Wahai tubuh,
Sesungguhnya kitab-kitab suci yang diturunkan
hanyalah berupa keterangan-keterangan agung dan suci
bagi seluruh umat manusia yang dibawakan oleh para Utusan-NYA.
Lalu, tubuh manusia bodoh itu terjerumus ke dalam perbedaan
karena penamaan yang berbeda, karena utusan yang berbeda,
karena tempat yang berbeda, karena bahasa yang berbeda.
Padahal dari Tuhan yang sama, ALLAH.
Sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah.
Wahai tubuh, ingat dan fahamilah itu.
Wahai tubuh,
Kini kau lihat, bagaimana kebodohan manusia dalam beragama.
Kebodohan manusia yang mengakibatkan perpecahan
hingga saling menghancurkan.
Masing-masing manusia merasa benar sendiri.
Dirinyalah yang paling benar,
dirinyalah yang paling diberkahi oleh Tuhan.
Sambil sesungguhnya kebenaran itu disesuaikan
dengan kebutuhan mereka, dan itu bukanlah kebenaran sejati.
Wahai tubuh,
Agama yang mereka katakan itu sepintas benar,
namun sesungguhnya tidaklah demikian.
Bunga mawar yang indah itu dipetik dari taman yang sama,
lalu mereka menempatkannya dalam jambangan yang berbeda.
Mutiara yang indah itu berasal dari dasar samudra,
lalu para empu membuatnya untuk berbagai bentuk hiasan
yang dapat mempercantik seluruh kaum wanita
dari berbagai bangsa.
Pedang yang tajam itu berasal dari besi
yang diambil dari perut Bumi, lalu para panglima perang
menggunakannya dalam berbagai peperangan yang berbeda.
Wahai tubuh,
Lihatlah manusia bodoh itu melupakan mula kejadiannya,
mereka melalaikan yang awal dan membedakan yang akhir.
Manusia sempit pikir itu tidak mampu melihat hakekat
agama suci yang diturunkan oleh Tuhannya.
Mereka hanya mengerti akhir dan ujung terjauh
dari perjalanan turunnya agama
dan tidak memahami awal penciptaan agama.
Wahai tubuh,
Lihatlah manusia bodoh itu terjebak kepada tubuh para utusan
pembawa Ajaran Suci Sabda Sejati.
Padahal para Utusan Agung itu mengajarkan
kepada manusia hewan ini bagaimana cara bertemu
dengan Sang Penciptanya,
mereka mengajarkan bagaimana cara mencintai Allah,
mereka mengajarkan kesejatian nilai-nilai kehidupan.
Wahai tubuh,
Manusia hewan itu hanya melihat sang Mawar
sebagai bunga semata, mereka tidak melihathatnya
sebagai sebuah keindahan agung yang menghiasi muka Bumi.
Wahai tubuh,
Kau pelajari ilmu dari buku-buku,
padahal dalam setiap butir darahmu
adalah ilmu yang tiada keduanya.
Kau mengetuk dari pintu ke pintu meminta segelas air,
padahal tubuhmu hampir tenggelam oleh lautan tak terbatas.
Kau mengambil segenggam tanah dari setiap petak,
padahal dirimu berdiri di atas hamparan yang tiada habis digali.
Wahai tubuh,
Kau ambil hak orang lain sambil kau abaikan
yang telah menjadi bagianmu.
Jika saja kau melihat hakekat yang menjadi bagianmu,
betapa mereka kecewa karena tiada kau hiraukan.
Kau kuasai kewajiban orang lain sambil
kau abaikan bagian kewajibanmu.
Jika saja kau melihat yang telah menjadi kewajibanmu,
betapa mereka kecewa karena tiada kau laksanakan.
Wahai tubuh,
Tiada puas kau ikuti keinginanmu untuk menutupi kekuranganmu.
Wahai tubuh, keliaran nafsu yang tak mampu
kau kendalikan itu akan kau bawa kemana?
Wahai tubuh budak nafsu, siapakah tuanmu?
Wahai tubuh lemah, akulah tuanmu yang sesungguhnya
Wahai tubuh, akulah yang berada di dalam dirimu
Berpalinglah kepadaku dan tataplah aku
Datanglah kepadaku dan duduklah di sampingku
Tinggallah dalam kerajaan abadi ini sambil menatap DIA
yang selalu mengasihi dan menyayangi mahluknya.
Wahai tubuh ingatlah selalu akan Dia,
Allah…Allah…Allah
Salam Bahagia:)